Bishop’s Love Affair: Saat Uskup Surabaya Bicara Lewat Seni Lukis

Selasa 11-03-2025,12:23 WIB
Reporter : Dave Yehosua
Editor : Salman Muhiddin

BACA JUGA:Mengenal Agustinus Tri Budi Utomo, Pemimpin Baru Keuskupan Surabaya (3): Ingin Ahli Nuklir, Malah Jadi Pastor

BACA JUGA:Mengenal Agustinus Tri Budi Utomo, Pemimpin Baru Keuskupan Surabaya (4): Terjaring Melalui Penyaringan Bertingkat dan Rahasia


Pendiri Surabaya Heritage Surabaya Freddy H. Istansto menyampaikan kekagumannya terhadap salah satu karya MoDik di depan Aula Maria Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya pada Selasa, 11 Maret 2025. -Alfi Kirom-HARIAN DISWAY

Dengan 'berselingkuh' dengan Tuhan relasi hubungan antar manusia akan semakin menguat. Bahkan perselingkuhan itu semakin menguatkan hubungan bukan malah merusak. Karenanya hubungan dengan Tuhan harus lebih mendalam ketimbang hubungan dengan manusia.

Itulah mengapa MoDik menganggap seni bukan sekadar hobi. melainkan media untuk menyampaikan pesan. Salah satu lukisannya menggambarkan seorang anak menggigit karet gelang. Apa maknanya?

Freddy H. Istanto yang memandu acara meminta MoDik menjelaskan. Sang uskup pun menjawab, “Anak-anak zaman sekarang kenal karet, tapi tidak tahu pohonnya.”

Ia ingin menyentil realitas. Hutan karet di Indonesia semakin terpinggirkan. Generasi baru hanya mengenal produk akhirnya, bukan sumbernya. “Kalau dibiarkan, Indonesia bisa jadi padang tandus,” tegasnya.

BACA JUGA:Mengenal Agustinus Tri Budi Utomo, Pemimpin Baru Keuskupan Surabaya (5): Merasa Belum Penuhi ’’Syarat’’ Jadi Uskup

BACA JUGA:Mengenal Agustinus Tri Budi Utomo, Pemimpin Baru Keuskupan Surabaya (6-Habis): Mencintai seperti Kristus Mencintai

Pesan dalam lukisan itu pun menggugah. Hadirin mulai sadar, pameran ini bukan sekadar pertunjukan seni. Ada kritik. Ada keresahan. Ada cinta yang diungkap lewat warna.

MoDik ingin seni lukisnya membawa renungan, bukan sekadar pajangan. Dan pagi itu, ia membuktikan bahwa goresan kuas bisa berbicara lebih dari sekadar kata-kata.

Bahkan saat ini ia khawatir dengan beberapa anak dan mahasiswa yang belum selesai menempuh sekolah atau kuliah karena kendala uang. "Ada sekitar 2000 anak dan mahasiswa yang belum bisa menebus ijazahnya karena biaya," jelasnya lagi.

Karena itu, MoDik berencana untuk 'menjual diri' lewat lukisannya. Agar lukisan-lukisan itu bisa dijual ke kolektor lukis dan menjadi pemasukan untuk anak-anak yang berkesusahan.

Ia juga berharap dengan diadakan pameran itu akan banyak orang yang tergugah. Sehingga karyanya bisa dikenal banyak orang dan semakin lebar lagi bantuan yang akan diberikan. (*)

Kategori :