Konflik berkepanjangan di Myanmar membuat warga harus mau melakukan apa saja. Termasuk memperdagangkan barang-barang terlarang. Jika tidak, mereka bisa mati kelaparan.
MENGIKIS getah opium dari polong biji di ladang opium terpencil Myanmar, Aung Hla, seorang petani yang mengungsi, terlihat sangat tekun. Ia diwawancarai kantor berita Agence France-Presse pada awal Februari 2025 di kawasan Pekon, negara bagian Shan.
Kepada jurnalis, Aung Hla melukiskan tanaman narkotika itu sebagai satu-satunya harapan. Sebab, Myanmar—baginya—adalah negara yang tandus karena konflik berkepanjangan.
Aung Hla adalah lelaki berumur 35 tahun. Tapi, hidup yang keras membuat ia jauh lebih tua daripada usianya.
POLONG OPIUM dikerat oleh seorang petani di kota Pekon, Myanmar, 11 Februari 2025.-AGENCE FRANCE-PRESSE-
Dulu, Aung Hla adalah petani padi ketika junta merebut kekuasaan melalui kudeta pada 2021. Akibatnya, muncul kelompok gerilyawan pro-demokrasi ke dalam konflik sipil yang telah lama berlangsung antara militer dan kelompok etnis bersenjata.
BACA JUGA:84 WNI Korban Online Scam di Myanmar Dipulangkan
BACA JUGA:Filipina vs Myanmar 1-1 di AFF 2024: Timnas Indonesia Diuntungkan!
Empat tahun kemudian, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa Myanmar terperosok dalam "polikrisis." Krisis multidimensi. Mulai konflik, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan. Semuanya saling terkait. Saling memperparah.
Aung Hla terpaksa meninggalkan tanahnya di desa Moe Bye akibat pertempuran setelah kudeta. Ketika ia pindah, ’’tanaman biasa’’ tidak lagi jadi komoditas yang menguntungkan. Tetapi, opium—tanaman tangguh yang tumbuh di ladang-ladang terbuka—membuat hidup Aung Hla kembali bersinar. Setidaknya cukup untuk bertahan hidup.
"Semua mengira bahwa orang menanam bunga opium untuk menjadi kaya. Tapi, kami hanya berjuang keras untuk bertahan hidup," katanya.
GETAH OPIUM yang dikumpulkan oleh seorang petani di kota Pekon, Myanmar, 11 Februari 2025.-AGENCE FRANCE-PRESSE-
Sejatinya, Aung Hla menyesal karena menanam opium. Sebab, tanaman itu adalah bahan baku utama heroin. Dan betapa banyak orang yang kehilangan hidup karena narkotika tersebut.
Namun, Aung Hla tak bisa berbuat banyak. Penghasilan dari opium itu adalah satu-satunya yang membuat dia menjauh dari kelaparan.
"Siapa pun yang berada di posisi saya, kemungkinan besar akan melakukan hal yang sama," ujar Aung Hla.