Di sekitar masjid, terdapat sebuah sumur yang airnya sering digunakan untuk berwudu dan bahkan diminum oleh para jemaah karena dipercaya memiliki khasiat layaknya air zamzam.
Jemaah yang datang ke Masjid Sunan Ampel tidak hanya untuk salat. Mereka juga berziarah ke makam Sunan Ampel. Mereka bukan meminta doa kepada sang wali. Mereka memanjatkan doa kepada Allah, berharap keberkahan dari tempat yang penuh sejarah tersebut.
Di sela-sela cerita panjang Mbah Sajab, para peziarah terus berlalu lalang. Dan jumlah mereka bisa mencapai puncaknya di pengujung Ramadan. Terutama saat peringatan peristiwa Nuzulul Quran, atau peristiwa turunnya Alquran.
Hilir mudik peziarah itu membuktikan bahwa di tengah hiruk-pikuk kota, Masjid Sunan Ampel tetap berdiri megah. Masjid itu adalah bukti tatkala sebuah niat dakwah bisa mengubah sejarah. (*)
Arsitektur Akulturasi Jawa-Hindu-Buddha-Islam, baca besok… (*)