BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (4): Wujud Spirit Ekonomi Islam di Masjid Pemuda Indonesia
BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (3): Pasar Rakyat Jambangan Surga Takjil Al Akbar
Di Jawa, namanya mengalami pelafalan yang berbeda. Sehingga, Syekh Ibrahim pun disebut sebagai Syekh Ibrahim Asmorokondi yang merujuk pada kota Samarkand. Ia wafat di Tuban, Jawa Timur.
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Surabaya sekitar 1400, Raden Rahmat mendapati masyarakat masih menganut Hindu-Buddha dan menggunakan bahasa Sanskerta.
Raden Rahmat pun membawa ajaran Islam dengan prinsip moh limo. Yakni, moh madat (tidak mengonsumsi narkotika), moh main (tidak berjudi), moh ngombe (tidak minum minuman keras), moh madon (tidak berzina), dan moh maling (tidak mencuri).
Sunan Ampel menikahi Dewi Condrowati, putri raja Majapahit yang kemudian memeluk Islam setelah pernikahan mereka. Istri Sunan Ampel lainnya adalah Dewi Karimah. Dari pernikahan dan dakwahnya, Sunan Ampel berperan besar dalam penyebaran Islam di Jawa.
Kerajaan Majapahit, yang kala itu masih berkuasa, memberikan sebidang tanah kepada Sunan Ampel untuk berdakwah. Dari situlah lahir komunitas Muslim pertama di Surabaya.
Suasana didalam Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya, Rabu, 5 Maret 2025.-Moch Sahirol Layeli-
Nama Ampel berasal dari kata ngampil dalam bahasa Jawa. Artinya meminjam. Itu merujuk pada tanah yang dipinjamkan kepadanya.
"Dulu, orang-orang banyak yang meragukan arah kiblat masjid ini," lanjut Mbah Sajab. Apalagi, kala itu peranti dan ilmu geografi belum secanggih sekarang.
Di situlah peran Mbah Bolong, seorang murid Sunan Ampel, menjadi penting. Ia dikenal sebagai sosok yang melubangi dinding masjid untuk memastikan arah kiblat benar-benar mengarah ke Kakbah.
Menurut cerita, saat itu Mbah Bolong meneteskan air mata sambil berdoa. Lalu tiba-tiba dari lubang di dinding masjid terlihatlah Kabah di Makkah. Kejadian itu dipercaya sebagai bukti bagi masyarakat bahwa arah kiblat masjid ini sudah tepat.
Selain Mbah Bolong, ada pula Mbah Sholeh, murid Sunan Ampel yang dipercaya hidup dan mati sebanyak sembilan kali. Kisahnya menjadi legenda di sekitar kompleks masjid.
Saat itu, jemaah masjid masih belum yakin mengenai letak pasti arah kiblat Masjid Sunan Ampel yang sekitarnya masih hutan belantara. Orang-orang lalu menyuruh Mbah Bolong untuk membuktikan kebenaran lokasi arah kiblat.
Masjid Sunan Ampel tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat pembelajaran Islam. Di sekelilingnya, terdapat lima gapura yang masing-masing memiliki makna tersendiri, seperti syahadat dan salawat.
Gapura tersebut adalah Gapuro Paneksen, Gapuro Mangadep, Gapuro Poso, Gapuro Ngamal, dan Gapuro Munggah. Motif bunga yang menghiasi gapura-gapura ini melambangkan delapan arah mata angin.