BACA JUGA:Jokowi, Duterte, dan Lee Kuan Yew
"Mereka harus terus bergerak dengan mengajukan dakwaan yang sesuai dan mengadili mereka," kata de Lima.
Di lain tempat, ahli patologi forensik Raquel Fortun mengatakan bahwa ia sedang mengemudi dari Quezon City ketika pertama kali dilaporkan bahwa ada surat perintah penangkapan untuk Duterte.
"Itu pertama kalinya saya menangis," katanya. Dia pun terus memantau berita sepanjang hari.
AFP pertama kali bertemu Raquel lebih dari dua tahun lalu di sebuah kamar mayat darurat yang dikelilingi oleh kotak-kotak berisi sisa-sisa manusia.
MANTAN PRESIDEN Rodrigo Duterte (kiri) saat dipanggil Senat Filipina terkait kebijakan perang narkoba di Manila, 28 Oktober 2024.-JAM STA ROSA-AFP-
Meskipun sering menjadi sasaran ancaman, upayanya untuk menentukan penyebab kematian dalam kasus-kasus pembunuhan terkait perang melawan narkoba terus berlanjut.
"Pekerjaan ini belum berhenti. Masih ada lebih banyak keluarga yang perlu dibantu. Masih banyak jenazah yang harus digali. Banyak laporan harus diverifikasi. Orang-orang ini berharap pada saya. Jadi bagaimana saya bisa berhenti?" ujar Raquel.
Setelah penangkapan Duterte, Raquel mengatakan bahwa dia merasa sedikit lebih aman. Dia pun berharap pada Mahkamah Internasional demi kepentingan keluarga para korban. "Kami di sini untuk mencari kebenaran dan pertanggungjawaban," kata Raquel.
Mantan senator Antonio Trillanes juga mengaku sangat senang karena penangkapan Duterte. Lebih-lebih, sudah delapan tahun ia mengumpulkan bukti. Juga berkoordinasi dengan pengadilan internasional.
"Penangkapannya adalah pesan kuat bagi para pemimpin masa depan. Jika Anda menyalahgunakan kekuasaan dan menindas rakyat—bahkan membunuhi mereka--Anda dimintai pertanggungjawaban," kata Antonio.
Namun, ia juga menyadari bahwa rakyat Filipina tidak semuanya menyambut baik berita penangkapan Duterte itu. Tetap ada potensi ketidakstabilan.
Antonio pernah mengatakan kepada AFP bahwa Duterte memiliki cara berpikir seperti pembunuh bayaran. Dan publik seharusnya tidak kasihan pada ’’pria tua gila’’ yang akan ditahan itu.
"Ini hanyalah langkah pertama dari perjalanan panjang dalam mencari keadilan. Tapi ini adalah langkah besar dan kami akan terus melangkah hingga akhir," tegas Antonio. (*)