Astronot dan Risikonya di Luar Angkasa, Dari Tulang Rapuh Hingga Isolasi

Rabu 19-03-2025,18:00 WIB
Reporter : Dave Yehosua
Editor : Guruh Dimas Nugraha
Astronot dan Risikonya di Luar Angkasa, Dari Tulang Rapuh Hingga Isolasi

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa gravitasi buatan bisa membantu astronot tetap sehat dalam perjalanan panjang. Namun, teknologi itu masih jauh dari kenyataan.

Dari semua tantangan luar angkasa, mungkin yang paling sulit adalah menjaga harmoni antarastronot dalam misi panjang.

Joseph Keebler, seorang psikolog dari Embry-Riddle Aeronautical University, menyebut bahwa ketegangan di antara kru bisa menjadi ancaman besar.

BACA JUGA:BRIN Bangun Teleskop Besar di NTT untuk Amati Satelit dan Sampah Antariksa

“Bayangkan, Anda terjebak di dalam sebuah van kecil dengan beberapa orang selama tiga tahun,” katanya. Karena keterbatasan tempat, tekanan mental menjadi sangat besar.

Maka, tak heran jika NASA dan badan antariksa lainnya sangat selektif dalam memilih kru. Tidak hanya kecerdasan dan keterampilan teknis yang diperhitungkan. Tetapi juga ketahanan mental dan kemampuan bekerja sama dalam tekanan tinggi.

Wilmore dan Williams telah menyelesaikan 9 bulan mereka di ISS dengan sukses. Tetapi tantangan yang lebih besar masih menanti manusia di luar angkasa.

BACA JUGA:Mengenal H-IIA, Roket yang Membawa Wahana Antariksa Jepang SLIM ke Bulan

Jika kita ingin mencapai Mars dan melampaui batas tata surya kita, teknologi dan sains saja tidak cukup. Kita juga perlu memahami tubuh dan pikiran manusia dalam kondisi yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Dan di tengah semua ketidakpastian itu, satu hal yang pasti: perjalanan ke luar angkasa bukan hanya soal teknologi. Tapi juga tentang seberapa jauh kita bisa melampaui batas sebagai manusia. (*)

Kategori :