Soekarno kemudian mengumumkan dekrit dan menerapkan demokrasi terpimpin pada 1959. Tentara menjadi kekuatan penyeimbang yang penting. Soekarno punya kedekatan khusus dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Hal itu membuat TNI galau.
Tentara kemudian berhasil menggagalkan pemberontakan PKI yang menculik jenderal-jenderal antikomunis. Kubu komunis terpental dari lingkaran kekuasaan. Elite-elitenya dibabat habis. Pak Harto menjadi penguasa tunggal karena keberhasilannya menghancurkan PKI.
Lahirlah Orde Baru dengan dwifungsi ABRI sebagai fondasi. Kekuatan sipil dikebiri secara sitematis. Partai politik dikerdilkan dan tentara menjadikan Golkar sebagai mesin politik yang sangat efektif.
Dwifungsi ABRI runtuh dengan jatuhnya Pak Harto oleh gerakan reformasi 1998. Pada 2004 lahir UU TNI yang memisahkan peran TNI dalam kehidupan sipil. TNI kembali ke barak. Kembali ke khitah sebagai tentara profesional yang tidak berpolitik.
Kini, 20 tahun berselang, Prabowo ingin menghidupkan kembali hantu lama dwifungsi. Kali ini dwifungsi versi baru yang disebut ”multifungsi” atau dwifungsi 3.0.
Letkol Teddy menjadi simbol kelahiran kembali dwifungsi 3.0. Posisi Teddy yang istimewa bersama Prabowo menjadi sorotan. Di mana ada Prabowo, di situ ada Teddy. Kata netizen, Prabowo tidak punya ”first lady”, tapi punya ”first Teddy”. (*)
*) Ketua Dewan Pakar PWI Pusat dan pengajar ilmu komunikasi Unitomo, Surabaya.