BACA JUGA: 5 Rekomendasi Gantungan Baju Estetik
Hal ini berpotensi menyebabkan seseorang menjauh dari identitas aslinya demi diterima oleh lingkungan virtual. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa estetika digital dapat menjadi alat ekspresi diri.
Tetapi jika terlalu dikaitkan dengan ekspektasi sosial, bisa berubah menjadi beban psikologis. Dalam konteks ini, penting untuk menyeimbangkan antara keinginan mengekspresikan diri dan kebutuhan untuk tetap otentik.
Aesthetic juga sering kali tidak lepas dari bias kelas dan warna kulit. Gaya clean girl, misalnya, cenderung digambarkan dengan standar kecantikan Barat, kulit cerah, alis tegas, bibir glossy.
BACA JUGA: Cara Tepat Menggunakan Bedak Agar Hasil Riasan Lebih Tahan Lama
Sementara coquette mengidealkan tubuh kurus dan fitur wajah tertentu yang tidak semua orang miliki secara alami. Ketika standar-standar ini diperkuat lewat algoritma, maka yang muncul di lini masa hanyalah wajah dan tubuh yang seragam.
Estetika seperti “vanilla girl” dan “clean girl” juga terus populer di berbagai platform media sosial. Gaya-gaya ini cenderung mencerminkan kesan sederhana, lembut, dan terkontrol secara visual. --Pinterest
Bukan lagi keberagaman. Meski demikian, sebagian kreator kini mulai membongkar narasi tunggal tentang estetika. Mereka memadukan budaya lokal, warna kulit beragam, dan gaya personal ke dalam estetika yang inklusif.
Beberapa akun bahkan menyuarakan pentingnya de-aestheticizing, membebaskan diri dari keterikatan pada tampilan sempurna, dan mulai tampil apa adanya.
BACA JUGA: 5 Model Lemari Baju Kekinian untuk Anak Gen Z yang Rapi dan Estetik
Tren akan terus berubah. Dari soft girl ke grunge, dari Y2K ke old money. Tapi pada dasarnya, kebutuhan untuk merasa diterima dan terlihat ‘baik’ di mata publik akan selalu ada. Aesthetic hanya menjadi media baru untuk menyampaikannya.
Dalam dunia yang serba cepat, tampilan visual seolah menjadi cara tercepat untuk membangun kesan pertama. Pada akhirnya, suka atau tidak suka, tren aesthetic bukan hanya tentang warna-warna cantik dan gaya berpakaian.
Ia adalah refleksi dari harapan, pencarian makna, dan kadang kebutuhan untuk merasa cukup. Karena di balik semua tampilan yang seragam itu, setiap orang sedang berusaha mengatakan satu hal: inilah aku, semoga Anda melihatku. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka Surabaya