Hanoman merupakan salah satu tokoh utama yang ditampilkan dalam pertunjukan tari kecak.-Pinterest-Pinterest
4. Drama yang dimainkan memiliki moral value
Kisah Ramayana menceritakan tentang upaya Dewi Shinta untuk dibebaskan dari Rahwana. Secara garis besar, cerita ini terdiri dari lima bagian. Bagian pertama menampilkan Ramayana dan Dewi Shinta di hutan, diikuti dengan kemunculan kijang emas.
BACA JUGA: Tari Seblang Banyuwangi, Ritual Sakral Dari Ujung Timur Pulau Jawa
Pada akhirnya, cerita berakhir dengan Shinta diculik oleh Rahwana dan dibawa ke Alengka, kerajaan Rahwana. Dalam bagian dua, Dewi Shinta dipenjara di sekitar kerajaan Alengka. Trijata, keponakan Rahwana yang menjaganya.
Dalam kesedihan, Shinta berharap Ramayana datang untuk membebaskannya. Sebagai perwakilan Ramayana, Hanoman datang ke Shinta untuk menunjukkan bahwa Ramayana akan menyelamatkan Shinta.
Pada akhir bagian ketiga cerita, Hanoman menghancurkan keraton Alengka. Dia membakar bangunan dan taman juga. Bagian keempat kemudian membahas pertempuran Ramayana dan Rahwana.
Bagian kelima menceritakan kemenangan Ramayana atas Rahwana. Dewi Shinta pun dibebaskan dan kembali ke Ramayana. Drama yang ditampilkan juga memiliki pesan moral,
Misalnya, seseorang yang digambarkan dengan sosok Rahwana sebagai orang yang kejam yang mengambil hak orang lain. Sementara, tokoh Dewi Shinta digambarkan sebagai kekasih Ramayana yang setia, seperti juga Rama yang pantang menyerah untuk menyelamatkan Shinta.
5. Menjadi media berkomunikasi dengan Tuhan
Tari kecak merupakan media berkomunikasi dengan Tuhan dan para leluhur. Tak hanya itu, tari kecak terinspirasi dari ritual tari sanghyang, tarian dimana penarinya berkomunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhurnya.
BACA JUGA: Teatrikal Jalan Salib Gereja Santo Vincentius a Paulo Surabaya Padukan Budaya Jawa dan Lintas Agama
Itulah beberapa fakta menarik dari tari kecak Bali. Tari ini menjadi simbol kekayaan budaya Indonesia yang patut dilestarikan dan dibanggakan oleh generasi sekarang dan mendatang. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya.