MAKKAH, HARIAN DISWAY – Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Makkah Ali Machzumi mengungkapkan bahwa banyak jamaah haji Indonesia mengalami culture shock atau gegar budaya saat pertama kali tiba di Tanah Suci.
Hal itu terutama dipicu oleh kondisi lingkungan dan budaya yang sangat berbeda dengan di tanah air.
“Yang pertama itu cuaca. Panasnya bisa membuat jamaah merasa tidak nyaman, bahkan sampai ada yang ingin pulang karena tidak tahan,” kata Ali saat ditemui di Ruang Media Center Haji, Kantor Urusan Haji Indonesia, Makkah, Selasa, 13 Mei 2025.
Ia menjelaskan bahwa suhu di Makkah bisa mencapai lebih dari 40 derajat Celsius di siang hari.
BACA JUGA:Sweeping Sunyi Petugas Haji di Madinah, Demi Barang Jamaah agar Tak Hilang
Selain cuaca ekstrem, kondisi alam juga menjadi tantangan tersendiri. “Di sini kanan kiri hanya bebatuan dan padang pasir. Tidak ada pemandangan hijau seperti di Indonesia. Ini membuat beberapa jamaah merasa asing dan kehilangan kenyamanan,” jelasnya.
Perbedaan bahasa juga menjadi kendala utama. Meskipun sebagian besar petugas haji Indonesia bisa berbahasa Indonesia, komunikasi dengan warga lokal menjadi tantangan tersendiri.
BACA JUGA: Ini Panduan Naik Bus Shalawat Bagi Jamaah Haji Indonesia di Makkah
“Banyak yang tidak memahami bahasa Arab. Apalagi bagi jamaah yang di tanah air masih menggunakan bahasa daerah. Ini membuat mereka kesulitan berinteraksi,” ungkap Ali.
Postur tubuh dan budaya berpakaian masyarakat Arab kadang juga membuat jamaah merasa minder.
BACA JUGA:Bus Sholawat Inklusif Siap Layani Jamaah Haji Indonesia 24 Jam di Makkah
“Orang-orang di sini besar-besar, pakai jubah semua, sementara jamaah kita sering kali kecil-kecil. Saat desak-desakan, kadang kita kalah kuat,” ujarnya sambil tersenyum.
Meski begitu, Ali menegaskan bahwa jamaah Indonesia justru mendapat apresiasi tinggi dari pihak Arab Saudi.
BACA JUGA:Begini Spesifikasi dan Sejarah Bus Sholawat untuk Jamaah Haji Indonesia di Makkah