”Anak-anak melepaskan balon sebagai simbol harapan mereka yang akan terbang tinggi. Burung merpati juga dilepaskan sebagai simbol perdamaian dan kesucian,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, perwakilan orang tua turut hadir memberikan sambutan sebagai bentuk penerimaan kembali anak-anak dari asuhan sekolah ke tanggung jawab keluarga.
Selain itu, para siswa kelas XII juga melakukan ritual melepas atribut almamater secara tertib. "Topi dan jas almamater tidak boleh dilempar karena ada logo sekolah. Siswa kami minta menyimpannya dengan rapi sebagai kenang-kenangan,” tambah Vivit.
Sebagai wujud sumbangsih, siswa kelas XII juga menyerahkan bibit tanaman kepada sekolah. Setiap kelas memberikan perwakilan tanaman yang akan dirawat bersama oleh adik-adik kelas. Bibit tanaman itu diberikan secara sukarela.
BACA JUGA:Dindik Jatim Gandeng Sekolah Swasta Beri Beasiswa bagi Siswa Tak Lolos SPMB
BACA JUGA:Begini Konsep Detail Sekolah Rakyat di Unesa yang Dibuka Tahun Ini, Siap Tampung 150 Siswa
”Ini ide kreatif mereka sendiri. Semoga tanaman ini tumbuh dan hasilnya bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya,” imbuhnya.
Meski demikian, Vivit juga mengakui bahwa di tahun-tahun sebelumnya, wisuda selalu digelar di SMAN 10 Surabaya. Tentu saja ada biaya yang dikeluarkan oleh orang tua. "Rata-rata sekitar Rp 200 ribu hingga Rp 250 ribu per siswa. Tapi tidak mewah," katanya.
Namun dengan adanya kebijakan baru ini, orang tua tidak perlu lagi dibebani dengan biaya tambahan. ”Menurut saya lebih enak begini. Anak-anak jadi lebih kreatif, tidak memberatkan, dan tetap berkesan," tutup Vivit. (*)