Cerita Diaspora dari Marisa Tania: Jurnalis di Ujung Runway

Kamis 15-05-2025,04:16 WIB
Oleh: Marisa Tania

Semakin sering aku datang ke acara-acara elite, semakin aku mulai melihat sisi lain dari industri ini—bahwa keindahan luar seringkali menutupi kekosongan makna.

Bukan berarti aku ingin menjauh dari dunia fashion, tapi aku mulai mencari perspektif baru: apa sebenarnya yang ingin aku ceritakan?

Pertanyaan itu tetap bersamaku bahkan ketika aku pindah ke San Francisco. Di kota baru itu, aku mencoba mencari ulang apa arti "fashion" bagi diriku.

Fashion tetap ada, tapi konteksnya berubah. Bukan lagi soal panggung besar dan lampu sorot.


--

Di San Francisco, aku melihat fashion hadir dalam bentuk yang lebih bebas dan organik.

Di ruang komunitas.

Di galeri kecil.

Dalam dukungan terhadap produk lokal dan budaya thrift shop.

Dalam eksperimen street fashion dan kebebasan jati diri.


--

Aku melihat keberagaman. Cerita para imigran. Dan perjuangan para artis dan desainer kecil untuk tetap berkarya—di salah satu kota paling mahal di Amerika.

Kenapa akhirnya aku kuliah fashion di San Francisco, bukan New York?

Jawabannya sederhana: aku cari S1 fashion journalism di Google dan tanpa sengaja menemukan Academy of Art University. Sepertinya mereka rajin pasang iklan, jadi langsung muncul di halaman pertama web search. Aku daftar.


--

Waktu itu aku bahkan belum tahu bahwa San Francisco itu ada di negara bagian California. Tiga minggu kemudian baru sadar waktu mau beli tiket. Nekat? Mungkin. Tapi kadang, kita memang harus berani ambil langkah besar itu. Take that leap of faith.

Kategori :