20 Mei dan Lahirnya Budi Utomo: Tonggak Sejarah Kebangkitan Nasional

Senin 19-05-2025,16:02 WIB
Reporter : Andhini Tasya Maulita
Editor : Taufiqur Rahman

Namun seiring waktu, organisasi ini mulai membuka diri dan memperluas jangkauannya, mencakup seluruh masyarakat Hindia Belanda tanpa memandang latar belakang jenis kelamin, ras, ataupun agama.

Dari gerakan inilah, dipercaya muncul bibit rasa satu bangsa (nasionalisme) yang nantinya berkembang menjadi cita-cita kemerdekaan.

Kongres Pertama Organisasi Budi Utomo


Dr. Soetomo -Dok Pahlawan Center/Kementerian Sosial 

Pada tanggal 3 hingga 5 Oktober 1908, organisasi Budi Utomo menyelenggarakan Kongres Pertamanya di Yogyakarta. Dalam kongres ini ditetapkan struktur kepengurusan pusat, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), serta lokasi Kantor Pusat Budi Utomo.

Para pelajar STOVIA yang menjadi pendiri organisasi ini kemudian ditunjuk sebagai pengurus cabang Budi Utomo di Batavia (Betawi). 

Sementara itu, Kantor Pengurus Besar Budi Utomo berkedudukan di Yogyakarta dengan RT A. Tirto Kusumo sebagai ketua dan dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai wakil ketua.

Meski keputusan tersebut menempatkan mereka di luar kepengurusan pusat, para pelajar STOVIA menerimanya dengan lapang dada. Mereka menyadari bahwa usia mereka masih muda dan tanggung jawab sebagai pelajar masih menjadi prioritas. 

Tidak lama setelah kongres, cabang-cabang Budi Utomo mulai bermunculan di berbagai daerah, baik di Pulau Jawa maupun di luar Jawa.

Walaupun Budi Utomo telah memiliki banyak cabang di berbagai daerah, arah perjuangannya tetap tidak mengalami perubahan, yakni berfokus pada bidang sosial dan budaya.

Organisasi ini menjalin hubungan yang cukup erat dengan pemerintah, karena sebagian besar pengurusnya adalah pegawai negeri.

Kedekatan ini membuat Budi Utomo terkesan lamban dan sangat berhati-hati dalam mengambil tindakan. Beberapa anggota yang menginginkan gerakan yang lebih cepat dan tegas, seperti dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, akhirnya memilih untuk keluar dari organisasi.

Mereka keluar karena lebih menginginkan perjuangan yang langsung menyentuh ranah politik dan bersifat militan.

Sebenarnya, Budi Utomo bukan menolak masuk ke dunia politik, melainkan mereka memilih untuk tidak tergesa-gesa karena sejak awal menganut prinsip mencerdaskan bangsa sebagai dasar perjuangannya.


Tema, logo, dan sejarah Hari Kebangkitan Nasional 2025 yang berkaitan dengan Budi Utomo. - kominfodiy - Instagram

Budi Utomo berpegang pada prinsip “lebih baik lambat tapi selamat daripada cepat tapi tidak meninggalkan bekas.” Mereka merasa masih banyak hal yang harus dipersiapkan dan kerja sama dengan pemerintah tetap diperlukan demi keberlangsungan perjuangan.

Semboyan yang digunakan Budi Utomo terinspirasi dari filosofi pertumbuhan pohon beringin, yang tumbuh perlahan tapi kokoh dan memberi manfaat besar dalam jangka panjang. Meskipun prosesnya lambat, pohon itu akan berkembang besar dan memberikan perlindungan kepada siapa saja yang ada di bawahnya.

Kategori :