Untren Terbuka

Rabu 21-05-2025,21:17 WIB
Reporter : Arif Afandi
Editor : Yusuf Ridho

”Ketika menjadi rektor UGM, saya selalu menyampaikan bahwa kami adalah perguruan tinggi tertua dan terbesar di Indonesia. Kini tak bisa lagi demikian,” ucap menko PMK yang sebelumnya mensesneg itu.

Rektor UT Mohammad Yunus mengakui nilai strategisnya kerja sama dengan pesantren ituni. Memperluas jangkauan akses semua lapisan masyarakat untuk mendapatkan akses pendidikan tinggi maupun pengembangan diri.

Dijelaskan, semua mahasiswa UT bisa mengikuti program studi atau mata kuliah. ”Mereka bisa mendalami sesuatu dengan mengikuti kuliah di UT untuk pengembangan diri terkait pekerjaan mereka. Jadi, tidak harus mengikuti program studi untuk jenjang kesarjanaan,” ucapnya.

Sebagai perguruan tinggi negeri berbasis pendidikan terbuka dan jarak jauh, UT telah membuktikan diri sebagai solusi efektif untuk menjangkau pendidikan tinggi yang inklusif. Sistem belajarnya fleksibel, biaya murah, dan pemanfaatan teknologi yang adaptif terhadap kebutuhan masyarakat.

Dengan jangkauannya yang luas di Indonesia dan luar negeri, kerja sama dengan pesantren jelas menjadi sangat strategis. Pesantren dengan jutaan santrinya selama ini belum sepenuhnya tersambung dengan sistem pendidikan tinggi formal. 

Sebagian besar pesantren, terutama yang tradisional, masih menghadapi keterbatasan dalam akses terhadap pendidikan tinggi berkualitas. Terutama akses pendidikan tinggi yang bisa dijalankan tanpa meninggalkan lingkungan pesantren.

Dengan berdirinya Salut berbasis pesantren, persoalan itu bisa teratasi. Tanpa pesentren harus menyediakan lembaga pendidikan tinggi tersendiri. Untungnya lagi, pesantren bisa memasukkan materi lokal dalam mata kuliah di UT itu.

Sinergi bersama antara pesantren dan UT itu dapat membuka akses pendidikan tinggi bagi jutaan santri dan ustaz. Seperti yang sudah dimulai di Ponpes Lirboyo Kediri, Penpes Darunnajah Jakarta, dan Ponpes Tebuireng Jombang, bisa dibentuk kelas mitra, penyelenggaraan tutorial tatap muka, serta fasilitasi digital learning.

Sebetulnya ada nilai straregis lainnya dengan kerja sama UT dan pesantren tersebut. Apa itu? Sinergi tersebut tak hanya soal akses. Tapi, bisa menyentuh soal kualitas. Kombinasi antara penguasaan ilmu modern (seperti teknologi informasi, ekonomi, serta administrasi publik) dan pendidikan karakter khas pesantren. 

Seperti semua orang tahu, pesantren mengajarkan karakter khas seperti kesederhanaan, kemandirian, dan kedalaman spiritual. Dengan sinergi dengan UT itu, diharapkan bisa lahir SDM unggul yang tak hanya pintar, tetapi juga berintegritas dan tahan godaan korupsi. Jelas, itu sebuah kekuatan langka di tengah krisis etika yang sering menjadi sorotan publik.

Agenda pemerataan pendidikan juga bisa tersentuh melalui sinergi UT-pesantren itu. Berdasar data indeks pembangunan manusia (IPM), masih ada kesenjangan signifikan antarwilayah. IPM Provinsi Papua  2023 hanya 61,39. Itu jauh di bawah DKI Jakarta yang mencapai 81,65. 

Dengan sistem UT yang bisa menjangkau pelosok dan jaringan pesantren yang kuat di daerah, kesenjangan tersebut bisa dikurangi secara signifikan. Jika kolaborasi itu berjalan lancar, vis Indonesia Emas 2045 yang menempatkan SDM unggul sebagai tulang punggung kemajuan bukan sekadar angan-angan.

Jika dulu pesantren harus bermodal besar untuk bisa menyediakan akses pendidikan tinggi bagi santrinya, kini tak perlu lagi. Bisa menggandeng UT dengan membuka Universitas Pesantren Terbuka atau Untren Terbuka.

Sungguh, ini agenda yang praktis dan strategis. (*)

 

Kategori :