BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Mouly Surya Sutradara dan penulis skenario: Bi Er Hou Yi
Cosmas Gatot Haryono pada sesi doorstop di CFF keempat.-Alfi Kirom-
“Yang menjadi tantangan adalah bagaimana isu-isu itu dapat didengarkan. Karena menyuarakan ide-ide pun merupakan suatu tantangan tersendiri. Maka, CFF menjadi sebuah sarana untuk sineas menyuarakan isu-isu tersebut” Ujar Cosmas.
Setiap tahun, festival film tersebut mengalami peningkatan jumlah film yang masuk. Pada tahun keempat, CFF menerima sebanyak 1.636 submission film. Angka yang melonjak drastis dari tahun sebelumnya.
Sebanyak 342 film berasal dari Indonesia, dan 1.294 film dari berbagai negara. Seperti Amerika Serikat, Britania Raya, Brazil, India, dan masih banyak lagi.
BACA JUGA:Bioskop Kampus 2025 Edukasi Mahasiswa Lewat Film
Wimar Herdanto, kurator film di festival itu, menjelaskan perbedaan mendasar terkait hasil karya sineas lokal dan global.
Wimar Herdanto pada sesi doorstop CFF keempat.-Alfi Kirom-
“Yang paling terlihat adalah masalah teknis. Sebenarnya, sinema luar negeri sudah unggul dalam teknis. Jadi, cara untuk mengunggulinya adalah pada cerita. Secara kreatif, Indonesia lebih bermain di cerita” ungkap Wimar saat sesi doorstop CFF.
"Film-film [yang akan ditayangkan] punya makna, punya hal yang ingin disampaikan, dan secara kualitas sudah proper. Itu seharusnya akan memancing diskusi tentang isu yang diangkat." pungkasnya.(*)
*) Mahasiswi magang dari Prodi Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya.