Seri Sang Putra Fajar (2): Tumpeng yang Bikin Gemetar

Minggu 08-06-2025,07:03 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

Bung Karno dikenal sebagai sosok yang egaliter. Dekat dengan wong cilik. Hal itu diwujudkan oleh Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 RI, saat ziarah ke Makam Bung Karno, Kota Blitar, 6 Juni 2025.

 

’’PIYE, ya? Ndredeg rasane (Bagaimana, ya? Rasanya gemetar, Red)…”

Kalimat itu meluncur dari bibir Juni Purnomo. Ia adalah salah satu dari dua staf Makam Bung Karno yang mendapatkan potongan tumpeng langsung dari Megawati Soekarnoputri, Jumat, 6 Juni 2025.

Ya, hari itu memang istimewa. Iduladha. Berbarengan dengan hari lahir Bung Karno. Anda sudah tahu, Bung Karno lahir pada 6 Juni 1901. Di mana tempat kelahirannya? Itulah yang akan dibahas oleh Harian Disway dalam seri-seri selanjutnya. Tunggu saja…

BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (1): Warisan Abadi Spirit Bung Karno

BACA JUGA:Sarasehan Bulan Bung Karno, Ketimpangan Ekonomi Jadi Perhatian PA GMNI Jatim

Nah, sebagai lazimnya peringatan hari kelahiran di Jawa, ada tumpengan di Makam Bung Karno tersebut. 

Karena itu, setelah doa dan tahlil di pusara, Megawati pun beranjak ke pendapa kecil di sisi tenggara pusara. Dia menuruni tangga areal pusara dengan menggandeng Puti Guntur Soekarno. Begitu juga saat berjalan menuju tumpeng.

Di pendapa kecil itu, para tokoh PDIP berkumpul. Juga kepala daerah yang diundang. Di antara mereka tampak Prananda Prabowo, Gubernur Jakarta Pramono Anung, Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno, Ketua DPD PDIP Jatim Said Abdullah, hingga mantan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly.

Di depan tumpeng itu, mereka berdoa bersama. Yang memimpin doanya adalah Wali Kota Blitar Syauqul Muhibbin.


Staf penjaga makam Bung Karno, Juni Purnomo, melayani wawancara dengan Harian Disway di Kompleks Makam Bungkarno, Jumat, 6 Juni 2025.-Boy Slamet-

Seusai doa, Megawati terlihat menoleh-noleh ke arah areal pusara. Hanya satu kalimat yang sempat terdengar dari jauh. ’’Ya, sapa sing paling tuwa (siapa yang paling tua, Red),’’ kata Megawati dalam bahasa Jawa. Tangannya menunjuk ke arah utara.

Sejurus kemudian, datanglah dua orang itu: Juni Purnomo dan Khafi Annezar. Dengan takzim, tangan disatukan di depan perut, mereka menghadap Megawati.

Putri Sang Proklamator itu langsung memotong tumpeng itu. Yang ikut melayani adalah Prananda Prabowo, putra Megawati.

Kategori :