Namun, sekalipun di seluruh Hainan sekarang sudah ada 40.000 hektare lahan yang ditanami durian, bukan perkara mudah untuk menghidupkan apalagi membuahkannya. Sebab, kendati beriklim tropis, Hainan sering diterjang topan.
Waktu saya di sana, angin topan pertama di tahun ini pun sudah mulai bertiup dan, karena itu, pengapnya minta ampun. Juga, walau bagaimanapun, ketika sebagian besar wilayah Tiongkok sedang musim dingin, angin dinginnya juga bertiup ke Hainan.
Padahal, durian tidak akan hidup di lingkungan yang terlalu dingin, juga akan mati di lingkungan yang terlalu panas.
Makanya, ketika awal-awal ditanam, durian yang hidup hanya sekitar 60 persen. Sebab, penanaman dan perawatannya masih tradisional. Baru setelah dilakukan penelitian ilmiah oleh gabungan antara ahli pertanian dari Chinese Academy of Agricultural Sciences, China Agricultural University, Universitas Hainan, dan beberapa lembaga terkait lainnya, durian yang ditanam di Yucai mulai tumbuh subur dan berbuah.
Puncaknya, mereka panen perdana pada 2023 –setelah penanaman secara besar-besaran pada 2018. Semua durian yang dipanen masak pohon. Jenisnya premium: montong, black thorn, kanyao, dan musang king.
Tapi, hasil panen pertamanya sangat sedikit. Sebab, satu pohon memang tidak dibiarkan berbuah terlalu lebat –untuk menjaga kualitas buahnya. Makanya, hasil panennya itu tidak untuk dikomersialkan dulu. Hanya digunakan sebagai bahan promosi dan diberikan kepada para mitra.
PENGUNJUNG mencoba durian Hainan jenis montong. -China News Service-
Baru saat panen kedua tahun 2024, yang semuanya juga masak pohon, mulailah dilakukan penjualan. Dan, langsung ludes.
Maklum, seiring kian besarnya permintaan masyarakat Tiongkok terhadap buah-buahan segar, mereka berusaha agar buah-buahan yang dimakannya adalah buah-buahan yang masak pohon. Bukan buah-buahan yang dipetik ketika belum matang sempurna, kemudian menjadi masak karena dikarbit atau berlalunya masa.
Terlebih, Tiongkok adalah pemakan durian dan pengimpor durian terbesar di dunia. Merujuk data China Customs yang dikutip South China Morning Post (20 April 2025), Tiongkok mengimpor 1,56 juta ton durian –yang jika diuangkan adalah sekitar USD 7 miliar– pada 2024.
Dari situ, Thailand yang paling banyak dapat cuan. Sebab, selama bertahun-tahun, Thailand menduduki posisi pengekspor durian terbesar ke Tiongkok –sebelum kemudian didobrak Vietnam pada 2022, lalu Filipina pada 2023, dan Malaysia pada 2024.
”Kalau Tiongkok sudah punya durian sendiri, jangan-jangan nanti Tiongkok malah bisa membalikkan keadaan: dari pengimpor ke pengekspor,” celetuk saya, ketika dijelaskan mengenai perdurianan di Yucai oleh petugas dari Youqi.
Petugasnya tegas menjawab tidak mungkin. Sebab, katanya, permintaan terhadap durian sangat jomplang jika dibandingkan dengan ketersediaan ”durian made in China” sendiri. Belum lagi, lanjutnya, harga ”durian made in China” lebih mahal daripada durian luar negeri.
Masalahnya, Tiongkok adalah negeri dengan kemauan belajar yang sangat tinggi. Mereka juga terus-menerus melakukan update dan upgrade terhadap teknologinya. Karena itu, bukan suatu hal yang mustahil, dengan lahan yang terbatas dan iklim yang tidak begitu bersahabat, Tiongkok bisa membuahkan durian lebih lebat daripada biasanya.
Mendiang Yuan Longping (1930–2021) telah membuktikan itu. Padi yang ditemukannya bisa tumbuh lebih cepat dan bisa bertahan di lahan kurang subur, tetapi bisa menghasilkan panen lebih banyak daripada varietas padi pada umumnya.
Berkat penemuannya itu, ”Bapak Padi Hibrida” Tiongkok itu bisa memberi tambahan makan 70 juta orang setahun.