Duel KDRT atau Bunuh Diri?

Sabtu 14-06-2025,22:19 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

KDRT dan pembunuhan disertai bunuh diri oleh suami sebagai pelaku jarang terjadi, tapi ada. Sebagian mati, sebagian tidak.

Soal itu diungkap Sandra Flynn, pakar kesehatan mental forensik di University of Manchester, Inggris, saat diwawancarai reporter The Conversation, dimuat 17 Februari 2023, berjudul Expert Q&A: why do people commit murder-suicides.

Waktu itu kasusnya pembunuhan kepala Epson College (perguruan tinggi berkampus di Surrey, Inggris) bernama Emma Pattison dan putrinyi, Lettie, dibunuh suami Pattison dengan cara ditembak, yang kemudian si suami menembak diri sendiri, mati. 

Reporter: Motif apa yang melatarbelakangi tindakan tersebut?

Flynn: Seperti bentuk-bentuk pembunuhan lainnya, motivasi di balik pembunuhan-bunuh diri sangat beragam. Tidak ada penjelasan sederhana. Ada mekanisme psikologis yang kompleks mendasari tindakan-tindakan ini, yang belum sepenuhnya dipahami para ahli.

Para peneliti telah meneliti motif kasus-kasus seperti itu sebelumnya. Hasilnya, itu mencakup kesehatan mental, masalah hubungan, penggunaan alkohol dan zat terlarang, masalah kesehatan fisik, masalah kriminal dan hukum, kesulitan pekerjaan atau keuangan, dan KDRT. Salah satu dari itu. Atau gabungan antarunsur tersebut.

Para peneliti mewawancarai pelaku yang mencoba bunuh diri tapi masih hidup. Dari merekalah terungkap. Masing-masing kasus berbeda satu sama lain. Tidak ada keseragaman.

Meskipun beda secara detail, tetapi ada kemiripan di tingkat internasional. Yakni, terkait kecemburuan, dendam, penyakit mental, masalah keuangan, dan riwayat kekerasan dalam rumah tangga. Semuanya telah dilaporkan sebagai faktor dalam kasus pembunuhan-bunuh diri di seluruh dunia.

Reporter: Apa yang membedakan pembunuhan-bunuh diri dalam keluarga dengan pembunuhan biasa?

Flynn: Bunuh diri karena pelaku sudah membunuh istri anak, disebut motif altruistik. 

Itu didorong keinginan pelaku untuk meringankan penderitaan anak, berdasarkan kondisi medis aktual atau keyakinan delusi pelaku, bahwa anak tersebut bakal dalam bahaya.

Pelaku berkeinginan tidak menelantarkan anak tersebut atau meninggalkannya untuk menghadapi dunia sendirian tanpa orang tua. Dengan begitu, pelaku membunuh si anak setelah membunuh ibunya. Sekaligus pelaku bunuh diri.

Contoh kasus serupa, dikutip dari The New York Times, 30 Januari 2020, berjudul Fotis Dulos, Charged with Killing His Wife, Jennifer, Attempts Suicide, memuat peristiwa serupa itu di Amerika Serikat (AS).

Terjadi pada keluarga kaya, Fotis Dulos, 52, pengusaha real estat yang sukses di Connecticut, AS, dengan istrinya, Jennifer Dulos. Mereka punya anak lima dan sudah bercerai. Masing-masing tinggal di rumah terpisah. Lima anak ikut istri.

Pada 24 Mei 2020 Jennifer hilang setelah mengantarkan lima anaknyi ke sekolah. Teman dan kerabat tidak bisa menghubungi, di rumah pun tak ada. 

Polisi melakukan penyelidikan. Berdasar bukti-bukti hukum, seperti DNA darah korban dan terduga pelaku, polisi mencurigai Fotis membunuh Jennifer. Motifnya, diduga, perebutan hak asuh anak-anak.

Kategori :

Terkait

Sabtu 14-06-2025,22:19 WIB

Duel KDRT atau Bunuh Diri?

Sabtu 14-06-2025,21:34 WIB

Pembunuhan saat Online

Selasa 10-06-2025,20:48 WIB

Teka-teki Kematian Dian Novita Sari