Distingsi Kebijakan Menteri untuk Aksi, Bukan Sensasi

Minggu 15-06-2025,13:49 WIB
Oleh: Muhammad Turhan Yani*

Yahya Muhaimin adalah seorang akademisi atau dosen Universitas Gadjah Mada (UGM). 

Menteri pendidikan nasional pada pemerintahan berikutnya, Abdul Malik Fadjar, adalah akademisi Universitas Muhammadiyah Malang. 

Pada pemerintahan berikutnya, menteri pendidikan nasional adalah Bambang Sudibyo. Ia dosen Universitas Gadjah Mada (UGM). 

Disusul Mohammad Nuh, dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Anies Baswedan, eks Rektor Universitas Paramadina. 

Mohammad Nasir, dosen Universitas Diponegoro (Undip). Muhadjir Effendy, dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Nadiem Anwar Makarim, pendiri Gojek. Satryo Soemantri Brodjonegoro, dosen Institut Teknologi Bandung (ITB). 

Saat ini Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto dari ITB dan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti dari UIN Syarif Hidayatullah.

Semua menteri pendidikan tersebut berlatar belakang akademisi kampus, kecuali Mas Menteri Anwar Nadiem Makarim yang memiliki distingsi dengan para menteri lainnya. 

Sebagai pendiri perusahaan transportasi digital, tepatnya Gojek, ia diangkat menjadi menteri pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi  pada pemerintahan Joko Widodo. 

Menteri adalah jabatan politik. Akan tetapi, yang menempati jabatan tersebut tidak harus politikus atau kader dari partai politik. 

Memang semuanya bergantung pada presiden sebagai pemilik hak prerogatif yang mengangkat dan memberhentikan para menteri sebagai pembantunya. 

Meski demikian, secara moral dan akademik (bukan politik), menteri pendidikan memiliki tanggung jawab dalam mengawal pendidikan nasional. 

Oleh sebab itu, diperlukan pertimbangan secara matang terkait kompetensi, profesionalitas, dan pengalaman pada bidang pendidikan dalam berbagai aspeknya.

Setiap menteri pendidikan memiliki legasi yang membawa perubahan bidang pendidikan menjadi lebih maju, baik untuk kepentingan nasional maupun menjawab tantangan global. 

Oleh karena itu, setiap menteri dengan kebijakannya masing-masing perlu direspons positif sambil menyiapkan segala sesuatunya untuk penyesuaian. (*)

*) Muhammad Turhan Yani adalah guru besar Fisipol; kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Surabaya; dan pengurus ICMI Jawa Timur

 

Kategori :