Beberapa orang meyakini bahwa Soekarno lahir di Lawang Seketeng. Bukan di Pandean, seperti Museum Rumah Lahir Bung Karno yang ada saat ini. Namun, apakah ada bukti yang melandasinya? Berikut penelusuran Harian Disway di kampung tersebut.
Bila sumber historis hanya berasal dari cerita masyarakat, tentu sumber tersebut tidak cukup kuat untuk menjadi fakta sejarah. Butuh sumber primer. Seperti catatan masa lalu, naskah-naskah, atau prasasti.
Misalnya, beberapa orang meyakini bahwa Lawang Seketeng adalah rumah lahir Bung Karno. Bukan Pandean seperti yang saat ini ditetapkan sebagai Rumah Kelahiran Bung Karno.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (4): Saja Arek Soerabaia
Akses masuk ke Lawang Seketeng Gang 4. Di gang itu diperkirakan keluarga Bung Karno pernah tinggal.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
Harian Disway melakukan penelusuran ke kampung Lawang Seketeng Gang 4. Lokasi yang diyakini sebagai tempat Bung Karno dilahirkan. Saat bertanya pada warga tentang lokasi tepat rumah tersebut, mereka menunjuk pada rumah milik Leo Sugiharto.
“Bukti bahwa Bung Karno lahir di Lawang Seketeng adalah dari dokumen sejarah Belanda. Juga prasasti Tampaksiring di Bali,” ujar Leo.
Arsitektur rumah itu kuno. Memiliki dua pilar besar dan motif ornamentik yang menghiasi sisi sebelah timur. Khas bangunan kolonial. Usaha renovasi yang dilakukan pemilik rumah tidak mengubah bentuk secara keseluruhan.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (3): Hadirkan Spirit Bung Karno dengan Napas Digital
Rumah megah tentu pernah ditinggali oleh orang dengan status sosial tinggi. Atau konglomerat. “Karena sisi klasiknya, rumah ini dulu pernah dipakai untuk syuting Film Terbang Menembus Langit selama seminggu,” ungkapnya.
Saat itu, Harian Disway juga ditemani Andrieadi Kusumo, Humas Pokdarwis Kampung Wisata Heritage Peneleh.
Keduanya menunjukkan foto dokumen kolonial yang memuat informasi tentang rumah lahir Bung Karno. Dokumen tersebut bertuliskan:
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (2): Tumpeng yang Bikin Gemetar
Dit pension aan Gang Peneleh VII lag overigens maar een steenworp verwijderd van Soekarno’s geboortehuis aan Gang Lawang Seketeng, iets noordelijker in de wijk, waar hij op 6 Juni 1901 het levenlicht zag als zoon van de Javaanse onderwijzer Raden Soekemi Sosrodiharjo en diens Balische vrouw Idajoe Njoman Rai.
Artinya (terjemahan menggunakan AI):