Namun, mulanya konsep pemikirannya itu semata-mata tidak hanya tertuju pada Islam. Walaupun ia tinggal di sebuah negeri yang mayoritas beragama Islam.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (4): Saja Arek Soerabaia
“Ketika konsep keagamaanku meluas, ideologi dari Pak Tjokro dalam pandanganku semakin sempit. Pandangannya tentang kemerdekaan untuk tanah air kami semata-mata ditinjau melalui lensa mikroskop dari agama Islam,” katanya.
Meski akhirnya berbeda pandangan, pengaruh Tjokroaminoto memang sangat kuat dalam diri Soekarno. Seno Bagaskara, politisi muda PDIP, mengatakan, "Tjokroaminoto menggugah jiwa muda Soekarno. Ia melihat di bawah kepemimpinan Tjokro, berbagai spektrum pemikiran, termasuk pemikiran Islam, dapat diramu menjadi satu front kekuatan melawan kolonialisme Belanda."
Pandangan politik dan latar belakang kehidupan Soekarno juga tidak sama dengan orang lain. Karena yang dipelajarinya sangat beragam.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (3): Hadirkan Spirit Bung Karno dengan Napas Digital
Neneknya mengajarkan kebudayaan Jawa dan mistik. Bapaknya berasal dari penganut theosofisme dan Islamisme.
Sedangkan ibunya berlatarbelakang budaya Hindu Bali. Dari Sarinah, pengasuhnya, Bung Karno mendapat pelajaran tentang humanisme.
“Melalui Pak Tjokro datang sosialisme. Dari kawan-kawannya datang nasionalisme. Aku menambah renungan-renungan dari Karl Marx dan Thomas Jefferson. Aku belajar ekonomi dari Sun Yat Sen. Aku belajar kebaikan dari Gandhi,” ujar Soekarno.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (2): Tumpeng yang Bikin Gemetar
Toko Buku Peneleh yang dulu diperkirakan sebagai bangunan tempat pengajian Muhammadiyah.-Rizal Hanafi-HARIAN DISWAY
Ketika sedang berada di penjara Sukamiskin itulah, Soekarno akhirnya mendalami agama. Bahkan, Presiden Pertama Republik Indonesia itu membaca banyak buku yang berisi ajaran agama lain dan mempelajarinya.
“Dalam penjaraku, aku mempelajari semua agama. Untuk melihat apakah aku ini termasuk salah seorang yang sesat dan hilang. Kalau ia lebih baik untukku, aku akan mengambilnya,” katanya.
Soekarno pun memantapkan hati untuk memeluk Islam. Ia memperbaiki ibadahnya dengan taat pada salat lima waktu.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (1): Warisan Abadi Spirit Bung Karno
Bagi Soekarno, Tuhan selalu ada untuk menjaganya dan menuntunnya. Soekarno percaya bahwa Tuhan akan membimbing langkahnya agar bisa membawa Indonesia menuju kemerdekaan. Ia pun selalu memanjatkan doa.