HARIAN DISWAY - Perjalanan pameran seni ARTJOG 2025 berlanjut di Jogja National Museum, Yogyakarta. Pembukaan pameran seni tersebut berlangsung pada 20 Juni 2025.
Sebelum pameran dibuka, tamu undangan dan awak media dapat menyimak pratinjau dari pameran terlebih dahulu.
Kemudian acara dilanjutkan dengan seremoni pembukaan pada sore hari. Para penikmat seni, budayawan, komunitas seni, pejabat pemerintah pusat dan daerah, seniman, serta segenap pendukung dari berbagai sektor turut meramaikan ARTJOG 2025.
BACA JUGA:Diskusi Publik ARTJOG 2025, Begini Pentingnya Peranan Seni Instalasi untuk Kenang Sejarah Indonesia
Acapella Mataraman menjadi awalan acara pembukaan ARTJOG 2025. Setelah itu, ada beberapa sambutan dari Heri Permad dan kurator tamu Hendro Wiyanto.
Hendro mengungkapkan bahwa bentuk amalan seni memang tidak bisa dilihat secara jelas. Namun, para seniman selalu menciptakan kebaikan bersama melalui karya mereka.
“Ketika amalan dimaknai secara lebih longgar, ia bertujuan untuk memberikan sepenuhnya apa yang kita bisa kerjakan. Karya seni bukan imajinasi kosong, melainkan sebuah keyakinan estetika dari sebuah tindakan yang bisa menjadi landasan atas segala keputusan,” ujar Hendro.
BACA JUGA:Jejak Heroik Rakyat Surabaya di Hotel Yamato Menjelma Menjadi Bendera Biru di ARTJOG 2025
Penyampaian sambutan oleh Hendro Wiyanto di ARTJOG 2025. -- ARTJOG
Bagi Hendro, seni akan selalu ada untuk memberikan inspirasi kepada para penonton. Bahkan, melakukan kritik terhadap apa pun yang tidak selaras dengan cita-cita lama demi kebaikan dan keadilan bersama.
Kemudian, Garin Nugroho selaku budayawan juga turut memaparkan mengenai kontribusi seni dengan aspek imajinatifnya dalam membangun sebuah peradaban berlandaskan kemanusiaan. Menurut Garin, imajinasi dari karya-karya seni termasuk sebuah kekayaan yang luar biasa dari manusia.
Jadi, ketika pengunjung memasuki museum atau galeri seni, akan muncul percikan-percikan kemanusiaan yang muncul dari dalam hati. Melalui pengelolaan ruang dan waktu tersebut, manusia bisa bertumbuh.
BACA JUGA:Mitologi Jawa Buta Kala dan Patung Macan dalam Seni Kontemporer ARTJOG 2025
“Oleh karena itu, sebuah bangsa yang tidak menghidupi museum atau galeri seni, maka akan terlahir para pemimpin yang tidak memahami konsep waktu dan ruang bagi masyarakatnya. Dan ketika para pemimpin tidak mengerti tentang konsep itu, maka akan timbul berbagai jenis kehancuran,” terang Garin.