JAKARTA, HARIAN DISWAY - Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, menyatakan bahwa negaranya dan juga Eropa siap membantu memastikan keamanan distribusi pangan di wilayah Gaza, Palestina.
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya kritik terhadap kematian ratusan warga sipil yang terjadi saat mereka mengantre bantuan makanan.
Dilansir dari AFP News, Barrot, pada Sabtu, 28 Juni 2025, mengungkapkan rasa marahnya terhadap situasi yang menyebabkan lebih dari 500 orang tewas dalam beberapa minggu terakhir di pusat-pusat distribusi bantuan.
Ia menegaskan bahwa inisiatif bantuan ini juga bertujuan untuk menjawab kekhawatiran Israel, bahwa kelompok bersenjata seperti Hamas bisa memanfaatkan bantuan tersebut.
BACA JUGA:Gencatan Senjata Iran-Israel Kontras dengan Darah di Gaza
Namun, distribusi bantuan di Gaza menjadi isu yang sangat sensitif. Sejumlah organisasi kemanusiaan, termasuk Dokter Lintas Batas (MSF), menyebut upaya distribusi makanan yang didukung Israel dan Amerika Serikat sebagai “pembantaian yang menyamar sebagai bantuan kemanusiaan.”
Sementara itu, Sekjen PBB Antonio Guterres menegaskan bahwa orang-orang yang kelaparan tidak seharusnya menghadapi hukuman mati.
Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa sejak akhir Mei, ratusan warga tewas di sekitar pusat-pusat bantuan.
Banyak dari mereka meninggal karena ditembak saat mencoba mendapatkan makanan, atau menjadi korban serangan udara dan penembakan yang terus berlangsung.
BACA JUGA:Malaysia Apresiasi Dukungan Indonesia dalam Isu Myanmar dan Serukan Perdamaian di Gaza
Dilansir dari The Guardian, Israel baru-baru ini menutup penyeberangan Zikim di Gaza utara, jalur utama untuk pengiriman bantuan. Langkah ini dikritik karena memperparah krisis kelaparan yang sudah parah.
Pejabat bantuan mengatakan, penutupan ini sangat menghambat distribusi, apalagi Gaza utara merupakan wilayah yang paling membutuhkan bantuan.
Penutupan dilakukan setelah beredarnya video yang menunjukkan orang-orang bersenjata menjaga konvoi bantuan. Israel menyebut mereka bagian dari Hamas.
Namun, kelompok masyarakat di Gaza membantahnya, dan mengatakan bahwa para penjaga itu adalah wakil suku-suku lokal yang mengamankan bantuan dari penjarahan.
BACA JUGA:Israel Tuduh PBB Hambat Distribusi Bantuan ke Gaza di Tengah Krisis Kemanusiaan