SURABAYA, HARIAN DISWAY - Seni rupa Indonesia kembali bergerak, bergolak, dan berbicara lantang dalam ARTSUBS 2025.
Edisi kedua dari perhelatan seni rupa kontemporer itu akan hadir di Balai Pemuda Surabaya. Digelar dari 2 Agustus hingga 7 September 2025.
ARTSUBS 2025 bukan sekadar artists fair atau biennale biasa. Tapi pertemuan keduanya. Dengan semangat yang dinamis namun tetap menyentuh dalam hal konsep, kurasi, dan sikap artistik.
Lebih dari 120 seniman, dari generasi muda yang baru berkarya hingga nama besar dengan reputasi internasional, bersatu dalam satu panggung.
Mereka membawa karya-karya yang mencerminkan pergulatan material, media, dan makna dalam seni rupa mutakhir Indonesia.
Seorang pengunjung mengamati lukisan dalam gelaran ARTSUBS pada Desember 2024 silam. Tahun ini, ajang itu hadir kembali dengan tema Material Ways.-ARTSUBS-
Di bawah kepemimpinan Rambat sebagai Direktur Utama, serta arahan kurator sekaligus direktur artistik Nirwan Dewanto dan Asmudjo J. Irianto, ARTSUBS 2025 mengangkat tema “Material Ways” atau Jalan Ragam Materi.
BACA JUGA:Water Temple Paradox dalam ARTSUBS, Representasi Kibo terhadap Paradoks Sebuah Perayaan
Sebuah tajuk yang tidak hanya menggarisbawahi benda-benda fisik. Tetapi juga mempersoalkan bagaimana seniman menggunakan bahan, bukan sekadar memanfaatkannya.
Material di tangan seniman menjadi bahasa yang menyuarakan zaman, keresahan, dan konteks sosial-budaya.
“Material Ways adalah sikap terhadap dunia pasca-industri. Tentang bagaimana kita melihat dan memperlakukan kelimpahan materi dengan seni,” ujar Nirwan.
BACA JUGA:Lewat Beyond My Wildest Dream, Zeta Ranniry Abidin Ekspresikan Kejar Mimpi di ARTSUBS
Dalam karya-karya yang dipamerkan, para penikmat tidak hanya menemukan cat minyak dan kanvas. Ada plastik, limbah industri, kaca, bahan sintetik, bahkan kecerdasan buatan (AI) dan video augmented reality.
ARTSUBS 2025 menjadi bukti bahwa seni rupa kontemporer tidak lagi dibatasi oleh estetika tradisional. Ia merembes ke ruang sehari-hari, memasuki dunia virtual, dan menciptakan bentukan baru yang dapat “mengganggu” realitas.