Ada Apa dengan Dahlan Iskan dan Jawa Pos? (2): Tak Ada Kaitan Antara Gaji Karyawan dan Omzet Perusahaan

Sabtu 12-07-2025,06:23 WIB
Reporter : Tofan Mahdi
Editor : Yusuf Ridho

Dulu, setiap tahun, di Jawa Pos ada rapat akbar. Dihadiri seluruh karyawan semua bagian: redaksi, pracetak, pemasaran, iklan, keuangan, dan lainnya. Biasanya digelar pada tengah semester menjelang pembagian bonus. Pak Dahlan (Dahlan Iskan) memimpin langsung rapat itu. Dibuka dialog. Karyawan boleh bertanya, tanya apa saja, termasuk pertanyaan yang bagi manajemen dianggap mbencekno (menjengkelkan/kurang logis). 

SAYA mengikuti rapat akbar pada tahun 2000. Kebetulan baru diangkat sebagai redaktur ekonomi bisnis. Kebetulan juga diumumkan sebagai salah seorang karyawan terbaik. Gaji langsung naik 100 persen. Alhamdulillah, rezeki anak lanang yang baru lahiran. 

Paparan Pak Dahlan pada rapat akbar biasanya tentang kinerja perusahaan dan tantangan yang dihadapi, rencana pengembangan usaha, serta ucapan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh karyawan dalam bentuk bonus.

BACA JUGA:Ada Apa dengan Dahlan Iskan dan Jawa Pos? (1): Sukses Membesarkan, tetapi Bukan Pemilik Tunggal

BACA JUGA:Jawa Pos Adalah Monster

”Ingat ya, kewajiban perusahaan kepada karyawan itu membayar gaji. Bonus itu kebaikan atau kebijakan dari perusahaan. Jadi, belum tentu tahun depan perusahaan masih bisa memberikan bonus. Karena itu, uangnya ditabung, disimpan yang baik,” pesan Pak Dahlan. 

Suasana rapat akbar sangat cair karena sebentar lagi akan cair. Apalagi, yang mengumumkan langsung dari ”cair man”, pelesetan teman-teman untuk jabatan Pak Dahlan Iskan sebagai CEO sekaligus chairman Jawa Pos

Sesi tanya jawab pun dibuka. ”Bos, mengapa gaji karyawan Jawa Pos tidak berbeda jauh dari koran lain di Surabaya, Surya, misalnya. Padahal, omzet dan labanya jauh. Jawa Pos mungkin sepuluh kali lipat dari koran yang lain?”  

BACA JUGA:Suatu Hari… di Jawa Pos

BACA JUGA:Kuasa Hukum Bantah Dahlan Iskan Ditetapkan Tersangka oleh Polda Jatim

Saya lupa siapa yang bertanya, tapi melihat model pertanyaan ”berani” seperti itu, biasanya dari orang redaksi. 

”Tidak ada kaitannya antara gaji karyawan dengan omzet dan laba perusahaan. Laba perusahaan itu untuk pengembangan usaha, beli mesin cetak, bikin pabrik kertas, bikin koran baru. Kalau gaji karyawan itu ada standarnya, ada pasarannya, ada peraturannya. Kalau kita yang terbesar, koran nomor dua, misalnya, Surya. Gaji wartawan Surya misalnya Rp 2 juta, kita bisa kasih sedikit di atas itu, Rp 2,5 juta. Jadi, tidak terkait omzet,” tegas Pak Dahlan. 

Saya yang mendengarkan jawaban itu hanya manggut-manggut, dapat pelajaran lagi manajemen akal sehat ala Dahlan Iskan.

BACA JUGA:Dari Taichi Hingga Senam Dahlan: Panggung Penuh Makna Ulang Tahun Harian Disway

BACA JUGA:Curhat Eri Cahyadi di HUT ke-5 Harian Disway: Pak Dahlan Iskan Guru Saya...

Kategori :