HARIAN DISWAY - Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron atas pengakuan kedaulatan Palestina pada Sidang Majelis Umum PBB 2025 menuai berbagai reaksi, salah satunya adalah kemarahan rakyat Israel.
Macron mengumumkan keputusan ini di akun X pada Jumat, 25 Juli 2025.
“Saya telah memutuskan bahwa Prancis akan mengakui kedaulatan Negara Palestina,” tulis Macron. Ia juga menegaskan bahwa mengakhiri perang Gaza dan menyelamatkan penduduk sipil menjadi prioritas utama mereka.
Prancis merupakan negara dengan populasi Yahudi maupin Muslim terbesar di Eropa.
Keputusan ini akan menjadikan Prancis sebagai kekuatan Eropa paling besar pertama yang mengakui kedaulatan Palestina.
Namun sejumlah warga Prancis-Israel mengutarakan kekecewaan atas keputusan itu.
BACA JUGA:Prancis Akan Akui Palestina sebagai Negara Berdaulat di Sidang PBB 2025
BACA JUGA:Netanyahu Siap Gencatan Senjata Permanen dengan Syarat Utama Hamas Tidak Lagi Gunakan Senjata
Di kota dekat perbatasan Gaza, Sderot, guru pensiunan David Brodey menyatakan bahwa langkah ini tidak memberikan solusi pada warga Israel dan Palestina.
“Aku merasa terkhianati, sangat terkhianati oleh negara-negara Eropa. Aku berharap yang lainnya tidak akan mengikutinya,” tutur David.
Seorang tour guide bernama Ross Singer menyatakan meski ia berharap warga Palestina akan memiliki masa depan yang lebih baik, ia khawatir langkah ini akan mengirimkan pesan yang salah pada kepemimpinan Palestina atas dampak peristiwa 7 Oktober 2023.
Selain itu, Ross Singer juga mempertanyakan kenapa Macron hanya berfokus pada Gaza alih-alih menggubris isu-isu lainnya.
Hadass Zakai, seorang terapis juga mengutarakan ketidaksetujuannya. “Alih-alih mendukung Palestina, langkah ini mengarah ke gerakan antisemitisme,” tuturnya.
Beberapa warga Prancis-Israel mengutarakan kekhawatiran mereka akan dampak gerakan ini pada penduduk Yahudi di Prancis. Mereka telah mengkhawatirkan kasus-kasus antisemitisme yang kian meningkat di sana.
BACA JUGA:Gencatan Senjata Iran-Israel Kontras dengan Darah di Gaza