HARIAN DISWAY - Florian Wirtz belum menemukan peran idealnya di bawah arahan Arne Slot, meski direkrut dengan harga fantastis.
Di dua laga pramusim Liverpool, justru memperlihatkan kebingungan taktik yang harus segera dipecahkan, menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban mengenai peran ideal pemain asal Jerman tersebut.
Arne Slot harus cepat mengintegrasikan peran Wirtz, terutama menjelang laga Community Shield melawan Crystal Palace.
Dalam laga melawan AC Milan, Wirtz justru dimainkan sebagai false nine dan menjadi pemain paling maju saat tim dalam fase menekan.
Namun, ia hanya tampil hingga menit ke-46 dan tidak menunjukkan performa terbaiknya.
Liverpool pun kalah 2-4 dalam laga tersebut. Posisi baru ini tampaknya belum nyaman bagi Wirtz, yang masih mencari pola adaptasi dengan gaya sepakbola Arne Slot.
BACA JUGA:Florian Wirtz Pakai Nomor Keramat Liverpool, Suksesor Luis Diaz dan Suarez!
BACA JUGA:Here We Go! Florian Wirtz Resmi ke Liverpool, The Reds Gelontorkan Rp 2,6 Triliun!
Pada pertandingan berikutnya saat melawan Yokohama Marinos, performa Wirtz sedikit membaik.
Ia dimainkan sedikit ke belakang, sebagai gelandang serang murni—peran yang lebih akrab saat masih di Bayer Leverkusen.
Ia memang berhasil mencetak satu gol, tetapi itu terjadi saat melawan tim dengan kualitas yang jauh di bawah Liverpool.
Selama di Bayer Leverkusen, Wirtz kerap bermain melebar ke kiri untuk membangun kombinasi serangan dengan bek sayap kiri, Alejandro Grimaldo.
Namun, di proyek Liverpool 2025–26 asuhan Arne Slot, ruang di sayap kiri sudah ditempati oleh Cody Gakpo dan Hugo Ekitike, seperti terlihat dalam laga melawan Yokohama Marinos.
Wirtz tampaknya harus segera menyesuaikan diri, dan lebih dari sekadar peran gelandang serang agar bisa berkontribusi maksimal.
Di sisi kanan, ia punya potensi bekerja sama dengan Mohamed Salah, tetapi sistem yang diterapkan Slot masih belum memberinya kebebasan seperti yang ia nikmati di bawah Xabi Alonso.