Jejak Panjang Bom Atom Jepang, Delapan Dekade Silam (2-habis): Hibakusha Korea dan Luka Ganda

Kamis 07-08-2025,14:11 WIB
Reporter : Joylin Septiani
Editor : Noor Arief Prasetyo

BACA JUGA:Kopi Indonesia Bersiap Rebut Kembali Pasar Kopi Jepang lewat Diplomasi Rasa

BACA JUGA:Konjen Jepang Surabaya Sebut Pekerja Indonesia Punya Kualitas.

Sebab, dulu, menjadi penyintas berarti membawa aib. Masyarakat menganggap seseorang telah menikahi “orang yang salah” jika pasangan mereka pernah mengalami tragedi itu.

Ketakutan akan dampak radiasi terus menghantui Bae sepanjang hidupnya. Ia mengalami penyakit serius. Harus menjalani pengangkatan ovarium dan salah satu payudaranya demi mencegah risiko kanker yang tinggi.

Baru pada 1996, ketika sebuah pusat khusus didirikan bagi para penyintas di Hapcheon, anak-anak Bae mengetahui kebenaran yang telah lama tersembunyi.

Pulang ke tanah kelahiran terasa seperti menjemput luka yang belum sembuh. Namun, menetap di Jepang pun bukan berarti bebas dari derita.


BANGAU-BANGAU KERTAS ditata oleh Kim Hwa-ja, perempuan beretnis Korea, yang merupakan penyintas bom Hiroshima. Dia harus menyembunyikan identitas Koreanya dan menahan diri tidak pulang kampung.-RICHARD A. BROOKS-AFP-

Di Jepang, mereka justru harus hidup dalam bayang-bayang karena tak diakui oleh masyarakat yang mereka turut bangun. Saat itu, ada larangan penggunaan nama Korea. Hal itu mengubur jejak mereka setelah tragedi pengeboman terjadi. Identitas mereka jadi teka-teki.

“Kantor kota hancur begitu parah sehingga tidak mungkin untuk melacak catatan yang jelas,” kata seorang pejabat Hiroshima kepada AFP.

Dari sekitar 740 ribu korban yang luka maupun kehilangan nyawa pada hari pengeboman, setidaknya 10 persen di antaranya adalah warga Korea. Namun, data itu baru terkumpul setelah bertahun-tahun lamanya.

Peringatan kematian terhadap para korban Korea pun akhirnya tertunda hingga akhir 1990-an. Lebih dari 40 tahun setelah kejadian.

BACA JUGA:Isu Larangan WNI Masuk Jepang 2026 Dibantah, KBRI: Itu Tidak Benar

BACA JUGA:Perilaku Buruk Jadi Sorotan, Kesempatan Kerja WNI di Jepang Terancam Ditutup

Hingga kini, diperkirakan masih ada sekitar 1.600 penyintas asal Korea Selatan yang selamat dari pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Sebanyak 82 di antaranya menetap di pusat perlindungan khusus.

Sebagai bentuk pengakuan, pemerintah Korea pun memberlakukan Undang-Undang khusus pada 2016 yang menawarkan bantuan bulanan sekitar USD 72 (atau Rp 1.179.000). Namun, regulasi tersebut belum menyentuh keluarga mereka yang ikut menanggung dampaknya.

“Ada banyak keturunan generasi kedua dan ketiga yang terkena dampak ledakan bom dan menderita penyakit bawaan,” tutur Direktur Pusat Korban Bom Atom Hapcheon Jeong Soo-won, seperti dikutip AFP, 4 Agustus 2025.

Kategori :