SNF Vol. 3: Ketika Mall Berubah Jadi Arena Perang Abad Pertengahan

Senin 11-08-2025,09:49 WIB
Reporter : Dave Yehosua
Editor : Heti Palestina Yunani

SURABAYA, HARIAN DISWAY – Mall Lagoon Avenue, Minggu 10 Agustus 2025 dipenuhi orang yang menggunakan kostum bertema abad pertengahan dan budaya pop Jepang.

Derap langkah para pengunjung, suara tawa bercampur teriakan duel, serta derik senjata foam yang saling beradu. Semua itu berpadu dalam gelaran SNF Vol. 3: The First Medieval Japan Fest, acara yang membawa pengunjung seakan menembus waktu ke abad pertengahan.

Sejak pintu dibuka, keramaian sudah terasa. Lantai ground (G) menjadi gerbang utama. Setiap pengunjung yang ingin masuk wajib registrasi. Dengan merogoh kocek Rp20.000, mereka mendapatkan cap kecil di tangan—tanda resmi sebagai “petualang” yang siap menjelajah. Begitu melangkah masuk, dunia mall seakan berubah.

Di kanan, sebuah stand duel pedang berdiri megah. Para pengunjung menyaksikan dua orang bersenjatakan pedang foam saling berhadapan. Suara tawa terdengar setiap tebasan mendarat ke tubuh. Meski begitu tak ada yang merasa kesakitan. Tawa mereka membuktikan bahwa permainan itu sangat seru.

BACA JUGA:Jejak Panjang Bom Atom Jepang, Delapan Dekade Silam (1): Menginspirasi Seni hingga Anime

BACA JUGA:K-Pop dan Anime Picu Meningkatnya Minat Belajar Bahasa Korea dan Jepang di Kalangan Remaja


Salah satu pengunjung yang berlatih berpedang di stand JAVALARP. -Christian Mazmur-HARIAN DISWAY

Stand itu diisi oleh komunitas JAVALARP, kelompok yang khusus menggelar permainan Live Action Role Play atau LARP. Semua senjata terbuat dari foam empuk, aman bahkan jika terkena kepala.

Sebelum bertarung, pemain diberi pelatihan singkat—bagaimana memegang pedang, mengatur langkah, dan membaca gerak lawan. Begitu duel dimulai, adrenalin memuncak. Setiap pukulan seolah membawa pemain ke medan perang di abad lampau.

Tak hanya duel pedang, ada pula shooting range. Dengan senjata mainan jarak jauh, peserta diminta menembak sepuluh target. Setiap peluru yang tepat sasaran diberi nilai seratus. Senjata pun bebas dipilih: pistol atau senjata laras panjang.

Pengunjung yang ingin merasakan lebih banyak tantangan bisa membeli paket main quest. Isinya beragam: memanah di halaman belakang mall, mengunjungi stand penjual pernak-pernik, hingga mencicipi makanan bertema Jepang di lantai 1.

BACA JUGA:Griffith, Anime Elang Putih yang Menjadi Iblis

BACA JUGA:Anime Cyberpunk: Edgerunners 2 Resmi Diumumkan, 10 Episode Baru Tanpa David Martinez

Di antara para peserta, dua sosok menarik perhatian: Hudaifah al Fauzan dan Bayu Putra Pratama. Hadz—begitu Hudaifah disapa—datang mengenakan kostum Altair karakter utama pertama dari Assassin’s Creed.

Jubah putih panjangnya, selempang tempat menyimpan throwing knife, sarung pedang di belakang, hingga hidden blade khas sang pembunuh senyap, semua detail dikerjakan dengan cermat.

Ia merakit kostum itu sendiri dalam waktu kurang dari sebulan dengan modal tak lebih dari Rp800.000. “Selain senjata, semua saya buat sendiri dari barang seadanya,” ujarnya.

Sementara itu, Bayu Coconut tampil dengan kostum orisinil ciptaannya sendiri. Terinspirasi dari SCP dan Plague Doctor era Black Death, kostumnya berwarna hitam pekat. Jubah panjang, rompi gelap, topi fedora, dan topeng menyerupai tengkorak hewan menciptakan aura mencekam.

Kategori :