Tak pernah ada yang tahu kepada siapa keadilan itu akhirnya memihak. Jika suatu saat Kampung Pecinan Tambak Bayan menghilang, tentu budaya masyarakat lokalnya pun ikut hilang.
Seno menceritakan sejarah yang mengungkap bahwa Kampung Pecinan Tambak Bayan dulunya pernah menjadi tempat kerajaan.
BACA JUGA:Orasi Ilmiah Guru Besar Unair Prof Lilis: Semua Bisa Terpapar Mikroplastik
Sehingga nama-nama bangunan sekitarnya pun mengadopsi dari istilah kerajaan. Salah satu contohnya adalah Pasar Kepatihan yang berasal dari kata “Patih”.
Bernama Tambak Bayan karena dulunya area itu memiliki banyak tambak. Kampung Pecinan Tambak Bayan pun menggalakkan budaya sedekah bumi sejak 2023.
Sedekah bumi dilakukan dengan melarung benih-benih ikan ke sungai Kalimas. Benih ikan yang dilepaskan itu dibeli dari toko ikan dan sudah memiliki ukuran yang memang sudah siap panen. Jadi, ukurannya sudah agak besar.
BACA JUGA:AILG Unair: Solusi Inovatif untuk Penelitian dan Pengabdian Bangsa
“Banyak ikan di sungai yang jumlahnya terus berkurang. Kami berusaha berbuat baik untuk lingkungan alam dengan adanya sedekah bumi. Di Tiongkok pun, sedekah bumi itu biasanya dilakukan bersamaan dengan Imlek, sebelum panen, atau saat akan bercocok tanam,” tuturnya.
Pelepasan benih ikan ke sungai berhubungan dengan budaya dalam filsafat Tiongkok yang terdiri atas unsur kayu, api, tanah, logam, dan air. Kegiatan itu termasuk wujud kepedulian masyarakat dalam menjaga keseimbangan lingkungan melalui unsur air.
Begitulah acara jalan-jalan di Kampung Pecinan Tambak Bayan Surabaya yang mengulas seni, sejarah, dan budaya dari warga lokal.
BACA JUGA:Spaghetti Bolognese, Cita Rasa Kreasi Mahasiswa Manajemen Perhotelan Unair
Dengan acara itu, diharapkan kesadaran untuk memperjuangkan hak-hak warga lokal semakin besar dan mampu membantu memberikan keadilan yang sepantasnya. (*)