Bagi Agung, seni bukan pelarian dari arsitektur. Melainkan evolusi. Karyanya sering kali memutarbalikkan persepsi ruang, mengajak audiens melihat kota dari sudut pandang tak biasa: dari bawah ke atas, dari nyata ke khayal.
Meski berbeda latar dan generasi, baik Nuzurlis Koto maupun Agung “Tato” sama-sama menjadi pilar seni rupa di STKW.
Agung Tato Suryanto, dosen STKW sekaligus seniman senior.-Giustino Obert Lisangan-HARIAN DISWAY
BACA JUGA:Tujuh Alumni STKW Angkatan ’97 Menyatukan Atmosfer dalam Rindu
Keduanya memberi pembuktian tentang estetika. Juga tentang ketangguhan, pencarian jati diri, dan perjuangan panjang dalam dunia kesenian.
Di tengah keterbatasan dukungan bagi STKW sebagai satu-satunya sekolah tinggi seni di Jawa Timur, keberadaan mereka seharusnya bisa menjadi pertimbangan.
Bahwa kampus itu seharusnya segera menyandang status negeri. Dedikasi mereka, juga para dosen lain, sudah sepatutnya dihargai. (*)