Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (1): Tantangan Jadi Pencerita yang Jujur

Sabtu 23-08-2025,15:47 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

Empat bulan. Ya, itulah masa yang harus dijalani peserta China International Press Communication Center (CIPCC) di Tiongkok. Tepatnya, Agustus-Desember 2025. Itulah program pemerintah Tiongkok yang mengundang para jurnalis dari berbagai penjuru dunia. Tugas para pewarta itu: bercerita!

“PERCAYALAH, dalam empat bulan, keajaiban akan terjadi,” kata Amy. Dialah salah satu staf CIPCC yang mengisi pembukaan dan brifing, Jumat, 22 Desember 2025.

Sore itu kami berkumpul. Lebih dari 100 jurnalis. Lebih dari 90 negara. Berapa pastinya? ’’Sampai pekan ini sudah lebih dari 100. Tapi, masih ada beberapa gelombang lagi yang datang. Jadi, angka pastinya belum bisa kami sebutkan,’’ ucap Direktur CIPCC Yu Lei yang memimpin acara di Jianguomen Diplomatic Residence Compound (DRC), Distrik Chaoyang, Beijing, itu.

Yu Lei bilang, sejak 2014, CIPCC menjadi jembatan bagi lebih dari 700 jurnalis dari 100 negara untuk memahami Tiongkok lebih dekat.

BACA JUGA:Shanghai Cooperation Organization (SCO) Terbuka untuk Negara dengan Spirit Senada

BACA JUGA:Dari Peluncuran Buku Kisah-Kisah Menyentuh Shanghai Cooperation Organization (2): Kembali Ceria karena Mata Terbuka

CIPCC bukan sekadar kelas. Pesertanya diajak menghadiri hajatan politik besar. Tahun ini, peserta dijadwalkan dalam peringatan 80 tahun kemenangan perang rakyat Tiongkok melawan agresi Jepang dan fasisme. Juga menghadiri Kongres Rakyat Tiongkok di Beijing. “Di situ, Anda akan menyaksikan bagaimana sistem politik bekerja dan bagaimana rakyat terlibat dalam pengambilan keputusan,” ujar Amy.

Program itu juga memberikan pengalaman budaya. Ada kelas melukis tradisional, kaligrafi, Tai Chi, hingga dasar-dasar kungfu. “Setiap jalan di Beijing punya cerita. Dari kuil kuno hingga laboratorium kuantum, kalian akan menemukan kontras yang menginspirasi,” lanjut Amy.

Yang pasti, perjalanan tidak berhenti di ibu kota. Peserta akan diterjunkan ke provinsi lain. ’’Bisa dua atau tiga provinsi,’’ timpal Yu Lei. Di periode sebelumnya, para jurnalis diajak menari bersama warga minoritas, ikut panen bersama petani, hingga bermain sepak bola dengan anak-anak desa. “Itulah cara terbaik memahami pembangunan dan kemajuan hak asasi manusia di Tiongkok: dengan mata kepala sendiri,” ujar Amy.

Selain itu, ada pula magang singkat di media besar seperti CGTN, Xinhua, atau People’s Daily. Para jurnalis asing bisa melihat langsung bagaimana media Tiongkok bekerja di tengah transformasi digital.


SUASANA PEMBUKAAN dan brifing China International Press Comunication (CIPCC) di Beijing, 22 Agustus 2025.-Doan Widhiandono-

Penjelasan panjang lebar Amy dan Yu Lei itu memang seperti menuntaskan rasa penasaran. Rasa yang muncul saat kami menerima surat undangan setelah terseleksi sebagai peserta program CIPCC. Ngapain saja empat bulan di Tiongkok? Apa saja yang harus ditulis? Tinggalnya di mana? Dan sebagainya.

Tapi, paparan dalam brifing tersebut juga memunculkan rasa tidak sabar yang baru: kapan bisa mulai berkelana? Ke mana saja kita sampai menjelang akhir tahun nanti?

Saya juga mengutarakan langsung rasa penasaran. ’’Bagaimana kami dipilih dan mengapa kami dipilih?’’ tanya saya kepada Yu Lei.

Ia bilang, para jurnalis itu memang diseleksi. ’’Tentu, kami mendapat masukan dari kedutaan-kedutaan kami di negara Anda. Nama-nama yang masuk kami pilih. Dan itulah Anda,’’ ujarnya.

Kategori :