Prostitusi Online Ancam Kesehatan Seksual Surabaya, Dokter Spesialis Kelamin: Mereka Lolos Pemeriksaan!

Prostitusi Online Ancam Kesehatan Seksual Surabaya, Dokter Spesialis Kelamin: Mereka Lolos Pemeriksaan!

Seorang warga sedang membuka aplikasi prostitusi online-Boy Slamet-Harian Disway

HARIAN DISWAY - Keberadaan praktik prostitusi terselubung dan online di Surabaya menjadi masalah sosial. Itu juga menjadi ancaman kesehatan publik yang serius.

Hal tersebut diungkapkan oleh dr. Liana Verawaty, dokter spesialis kelamin di RS Adi Husada Surabaya. Dia menyatakan bahwa modus baru prostitusi membuat penularan penyakit menular seksual (PMS) semakin sulit dikendalikan. 

"Kalau prostitusi terselubung maupun online, menjadi sulit terkoordinasi dan sulit untuk melacak penyakitnya. Mereka bisa lolos pemeriksaan rutin," ujar dr. Liana.

Berbeda dengan era lokalisasi seperti Dolly atau Moroseneng. Di sana pekerja seks komersial (PSK) bisa dijangkau untuk pemeriksaan kesehatan berkala.

BACA JUGA:Sosiolog Unair Sebut Prostitusi di Surabaya Sulit Diberantas, Hanya Ganti Modus!

BACA JUGA:Menelisik Lokalisasi Surabaya yang Menggeliat Lagi, Media Sosial Sarang Prostitusi


Polrestabes Surabaya saat menggrebek TKP Eks Lokalisasi Moroseneng Surabaya-Humas Polrestabes Surabaya-

Tapi, kini praktiknya terdesentralisasi. Bisa melalui seperti Facebook, MiChat, dan WhatsApp, para pelaku beroperasi secara privat, tanpa pengawasan, dan tanpa akses terhadap layanan kesehatan preventif.

Berdasarkan pengalaman klinisnya, dr. Liana mengungkapkan bahwa sebagian besar pasien Penyakit Menular Seksual (PMS) yang datang ke RS Adi Husada saat ini berasal dari jaringan prostitusi online.

"Setiap bulannya kami pasti menerima pasien penyakit menular seksual. Kalau sekarang, pasiennya kebanyakan dari prostitusi online," terangnyi.

Penyakit yang sering ditemukan antara lain gonore (kencing nanah) hingga infeksi HIV/AIDS. Menurut dr. Liana, sering menjadi ujung dari rangkaian infeksi seksual yang tak terdeteksi. "Sejauh ini, kalau penyakit non-seksual itu berakhirnya HIV/AIDS," dokter asal Blitar itu.

Salah satu tantangan terbesar dalam penanganan PMS adalah banyak kasus bersifat asimtomatis. Artinya, penderita tidak merasakan gejala apa pun, padahal sudah terinfeksi.

"Tidak semua PMS mengeluarkan gejala. Ada yang asimtomatis, padahal sudah kencing nanah atau gonore," ungkapnyi.

BACA JUGA:Perketat Pengawasan di Eks Lokalisasi Moroseneng, Patroli Malam sampai Subuh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: