Menelisik Lokalisasi Surabaya yang Menggeliat Lagi, Media Sosial Sarang Prostitusi
Ilustrasi foto tampilan aplikasi prostitusi online-Boy Slamet-
Modus prostitusi di Surabaya tak melulu dalam sebuah lokalisasi. Tak melulu berkedok panti pijat dan klub malam. Mereka pindah ke genggaman tangan: smartphone.
DI balik, layar gawai ada aplikasi yang memungkinkan transaksi seksual. Cukup dengan klik, chat, dan transfer uang. Semuanya selesai. Bisa di Facebook, MiChat, dan WhatsApp.
Moroseneng pernah ramai. Dolly punya nama legendaris. Tapi, setelah penutupan resmi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, aktivitasnya tidak benar-benar mati. Mereka hanya berubah bentuk. Merambah ke dunia maya.
“Sekarang lebih enak. Tinggal buka HP saja. Ada di grup Facebook, bisa di MiChat. Semua dilakukan online,” kata Hesti, sebut saja begitu, dalam obrolan bersama Harian Disway, Jumat, 14 November 2025.
Hesti adalah perempuan yang melayani transaksi seksual melalui jalur daring. Dia mulai ’’berkarier’’ pada 2022. Mulai open BO (booked online). Awalnya, karena liburan dan iseng saja.
BACA JUGA:Berbagai Cara PCU Transformasi Gang Dolly, Dari Eks Lokalisasi jadi Sentra Kreatif
BACA JUGA:Transformasi Dolly Dari Eks-Lokalisasi Jadi Kampung Batik dan Sentra Kreatif

Foto penyedia jasa layanan prostitusi online di Surabaya-Agustinus Fransisco-Harian Disway
Dia mau open BO karena lebih instan. Juga tidak perlu dipotong ongkos sewa oleh mucikari. Biasanya, sehari dia dapat bersih Rp550 ribu untuk dua kali “main”. Jadi, kalau dihitung-hitung, dalam sebulan dia bisa mendapat Rp16 juta. Lebih dari tiga kali lipat UMR Surabaya!
Untuk lokasi eksekusinya, Hesti punya beberapa hotel yang sudah menjadi jujukan. Bahkan, pegawai hotelnya bisa diajak kerja sama. Kalau ada tamu yang mencari wanita, mereka sudah punya koneksi.
“Kalau di aku, service-nya ada tiga. Sekali keluar, sekali main, atau long time. Yang paling banyak sekarang sekali keluar, sih,” kata dia. Tarifnya untuk sekali tembak adalah Rp350 ribu. Satu jam Rp450 ribu. Dan long time selama enam jam dibanderol Rp650-750 ribu.
Hesti biasa menawarkan jasanya di Facebook. Di situ ramai pembeli. Nama grupnya nyeleneh. Dia menunjukkan Temu Kenalan Surabaya, Kawan Malam Jawa Timur, atau Info MiChat Surabaya dan sekitarnya.
Kalau di MiChat Hesti sudah malas. Sebab, para hidung belang minta layanan aneh-aneh. “Di MiChat itu gila. Ada yang pernah minta service kasar sama anal. Kalau anal, kan jorok. Padahal, sebelumnya aku sudah kasih rules: no anal,” sambung wanita 25 tahun itu.
BACA JUGA:Batik Cap Dolly, Warga Eks Lokalisasi Berkolaborasi dengan PCU, Kreasikan Batik Ramah Lingkungan
BACA JUGA:Ada Posko Kampung Tangguh Narkoba di Eks Lokalisasi Dolly
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: