Prostitusi Online Ancam Kesehatan Seksual Surabaya, Dokter Spesialis Kelamin: Mereka Lolos Pemeriksaan!
Seorang warga sedang membuka aplikasi prostitusi online-Boy Slamet-Harian Disway
BACA JUGA:Pemkot Surabaya Perketat Pengawasan di Eks Lokalisasi Moroseneng dan Klakah Rejo

dr. Liana Verawaty, dokter spesialis RS Adi Husada, ikut buak suara soal prostitusi terselubung di Surabaya-Narasumber untuk Harian Disway-
Hal tersebut membuat penderita terlambat menyadari infeksi. Sehingga terus menularkan penyakit ke pasangan lain.
Lebih parah lagi, banyak ditemui pasien yang memilih pengobatan pribadi dengan membeli antibiotik tanpa resep. Akibatnya, terjadi resistensi antibiotik. Itu adalah kondisi di mana bakteri tidak lagi mempan diobati dengan obat biasa.
"Mereka beli antibiotik, minum sebentar, begitu gejala hilang berhenti, lalu berhubungan lagi. Akhirnya resisten. Itulah yang membuat kenapa kok enggak sembuh-sembuh" tegas dokter 40 tahun itu.
Menyadari ancaman tersebut, RS Adi Husada dan sejumlah institusi kesehatan di Surabaya memulai edukasi seksual di kalangan remaja. Mereka melakukan edukasi seks ke siswa SMP dan SMA.
Namun, edukasi untuk kelompok berisiko tinggi, seperti pelaku prostitusi online dan pasangannya, masih sangat terbatas. Padahal, menurut dr. Liana, pencegahan harus menyasar semua pihak, bukan hanya pelaku, tapi juga pasangan tetap mereka.
BACA JUGA:Pemkot Surabaya Siapkan Operasi Gabungan di Eks Lokalisasi Moroseneng
BACA JUGA:Eks Lokalisasi Moroseneng Hidup Lagi, DPRD Surabaya Minta Pemkot Bertindak Tegas
"Kalau pelaku berisiko ternyata berhubungan dengan istri, itu harus diperhatikan. Risiko tidak hanya di pekerja seks, tapi juga pada pasangan," tukasnyi.
Sebagai solusi, dr. Liana menekankan tiga pilar utama pencegahan PMS. Pertama, penggunaan kondom secara konsisten dalam setiap hubungan berisiko, kemudian pemeriksaan rutin, terutama bagi yang aktif secara seksual di luar pernikahan. Dan terakhir edukasi berkelanjutan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya PMS
Di tengah maraknya digitalisasi dan privatisasi praktik seks komersial, sistem kesehatan Surabaya menghadapi tantangan baru. Bagaimana melindungi masyarakat dari ancaman yang tak terlihat?
Intervensi yang lebih proaktif, melalui regulasi platform digital, layanan kesehatan terbuka, dan edukasi masif harus dilakukan. Karena, prostitusi online tak hanya merusak moral, tapi juga menjadi bom waktu kesehatan publik. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: