Tinggal di Jianguomen Diplomatic Residence Compound (DRC) memang seperti tinggal di rumah sendiri. Semua harus diurus sendiri. Mengasyikkan. Sekaligus menantang.
SELAMA tinggal di Tiongkok, peserta program China International Press Communication Center (CIPCC) tidak hanya diberikan tempat tinggal. Mereka juga mendapat uang saku. Besarnya 8.000 Yuan per bulan. Kira-kira sedikit di atas Rp 18 juta.
CIPCC menyebut uang saku itu sebagai subsidi makanan dan kebutuhan pokok. Ya, untuk makanan, peserta tidak lagi ditanggung. Kecuali pada beberapa acara yang di situ ada jamuan makannya.
Kebutuhan pokok utama yang harus ditanggung peserta adalah utility bill di apartemen. Listrik, air, dan gas.
Maka, perbincangan para wartawan di pekan pertama kami di Beijing pun banyak berkutat soal hidup di apartemen itu. Ada yang ingin beli penanak nasi kecil, agar tetap bisa dibawa pulang ke negerinya setelah program rampung. Ada yang membutuhkan setrika, hingga tali jemuran.
’’Saya butuh sapu,’’ ucap kawan saya, wartawan dari Bangladesh.
’’Saya ada sapu di kamar. Kamu bisa sewa,’’ timpal rekan dari Sri Lanka.
’’Kalau kamu butuh tukang sapu, saya juga siap. Pay per hour…’’ sahut saya.
Kami tertawa bareng pagi itu, Jumat, 22 Agustus 2025.
KOMPLEKS Jianguomen Diplomatic Residence Compound (DRC) dipotret dari sisi selatan. Gedung tersebut berseberangan dengan Kedutaan Besar Filipina di Beijing.-Doan Widhiandono-
Di hari pertama kami, Selasa, 19 Agustus 2025, para pendamping grup kami sudah sangat membantu. Mereka mengajak jurnalis yang ingin belanja ke supermarket. Dikoordinasikan. Disediakan shuttle bus.
Saya memilih keluyuran sendiri. Menelusuri lorong-lorong subway (地铁 / dìtiě).
Pendamping dari CIPCC juga mengajak kami mendaftarkan nomor handphone lokal. Pun ke bank. Untuk tukar duit. Tim CIPCC bilang, proses pendaftaran rekening ke bank setempat perlu waktu sekitar 2-3 pekan. Karena itu, kami diminta menyiapkan duit sendiri dulu untuk hidup, sampai nomor rekening Tiongkok beres.