Namun, kini banyak guru yang mulai mempertanyakan efektivitas perangkat digital di kelas. Terutama ketika siswa lebih sibuk dengan konten hiburan dibandingkan pelajaran.
BACA JUGA:Pekan Raya SAIM 2025: Festival Keluarga yang Menyatukan Siswa, Wali Murid, Guru, dan Alumnus
Respons Siswa dan Sekolah
Menariknya, perubahan metode yang diterapkan Samayoa tidak banyak menuai protes. Sebagian siswa justru menyampaikan bahwa mereka merasa lebih banyak belajar dan lebih nyaman dengan catatan di atas kertas.
“Saya mendapat komentar seperti, ‘Miss, saya merasa lebih banyak belajar di sini,’ atau ‘Saya suka belajar dengan kertas,’” ungkapnya.
Pihak sekolah pun memberikan otonomi penuh bagi para guru. Sehingga Samayoa bisa menerapkan sistem pembelajaran itu tanpa hambatan berarti.
BACA JUGA:SMA Nurul Jadid Probolinggo Targetkan Juara pada Disway Mandari Debate & Speech Competition 2025
Meski demikian, dia mengakui bahwa sesekali penggunaan Chromebook tetap diperlukan. Misalnya untuk mengakses buku teks online atau simulasi sains yang sulit dilakukan hanya dengan catatan manual.
Metode pendidikan konvensional dapat membuat siswa lebih fokus ketimbang menggunakan Chromebook.--freepik.com
Kebutuhan Kelas Teknologi yang Lebih Spesifik
Menurut Samayoa, perangkat digital tetap penting. Tetapi penggunaannya sebaiknya difokuskan pada kelas khusus teknologi.
Dia menilai banyak siswa yang tumbuh dengan gawai modern ternyata tidak memiliki keterampilan dasar komputer. Seperti menyimpan file atau menggunakan pemeriksa ejaan.
BACA JUGA:HUT ke 80 RI, Dindik Jatim Santuni Anak Yatim dan Biaya Pendidikan Murid Afirmasi
“Saat saya sekolah dulu, kami punya kelas khusus untuk mempelajari Microsoft Word, Excel, dan PowerPoint. Termasuk cara mengatasi komputer yang error. Anak-anak sekarang tidak pernah mendapat pelatihan seperti itu,” jelasnya.
Dia mengusulkan agar sekolah menyediakan laboratorium komputer khusus untuk pembelajaran keterampilan teknologi, alih-alih memaksa setiap siswa menggunakan Chromebook di setiap pelajaran.
Antara Inovasi dan Tradisi
Kisah Marcie Samayoa menggambarkan dilema yang dihadapi dunia pendidikan saat ini. Di satu sisi, teknologi digital dianggap sebagai masa depan pembelajaran. Di sisi lain, penggunaannya yang tidak terkendali justru bisa mengganggu efektivitas pengajaran.
Dengan semakin banyak guru yang mulai mempertanyakan peran perangkat digital, muncul pertanyaan besar: apakah sekolah perlu kembali menyeimbangkan antara teknologi dan metode tradisional?