Seminar Gugah Nurani Indonesia: Mewujudkan Generasi Sehat, Bertanggung Jawab dan Peduli dengan Lingkungan yang Aman & Nyaman

Rabu 27-08-2025,12:25 WIB
Reporter : Wardah Nur Afriliyah*
Editor : Heti Palestina Yunani

Salah satu anak binaan dari Gugah Nurani Indonesia, Dzikra, menyampaikan bahwa tujuannya bergabung forum anak adalah untuk menghindari kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat. Selain sekolah, Dzikra juga disibukkan dengan kegiatan Randai dan dayung yang dia ikuti.

BACA JUGA: Puncak Hari Anak Nasional (HAN) di Surabaya Diiringi dengan Deklarasi dan Pentas Seni Budaya

Anak-anak muda ini menjadi gambaran bahwa generasi muda Indonesia perlu dibimbing dan diarahkan, karena anak remaja adalah aset berharga yang menanggung tanggung jawab untuk menjadi agen perubahan di masa yang akan datang.

Acara talkshow tidak berhenti sampai sesi 1 saja. Setelah mendapatkan insight dari para anak muda, kini saatnya beralih ke para ahli yang punya segudang ilmu yang bermanfaat.


Sesi kedua dimoderatori oleh Heti Palestina Yunani dari tim redaksi Harian Disway bersama narasumber Dr. Berlian Beatrix R, Sp.A. sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Wonocolo, Dr. Siti Rahayu Nadhiroh, S.KM, M.Kes yang merupakan Ketua Departemen Gizi FKM Unair, dan Nanik Sukristina, S.K.M, M.Kes sebagai Kepala Dinas Kesehatan Surabaya. (Dari kanan ke kiri). --Gugah Nurani Indonesia

Dimoderatori oleh Heti Palestina Yunani, sesi kedua ini bertajuk “Bebas Stunting untuk Kotaku,” yang diisi oleh para narasumber hebat.

BACA JUGA: PDIP Jawa Timur Dukung Zero Stunting Lewat Penguatan Layanan Perempuan

Ada Nanik Sukristina, S.K.M, M.Kes sebagai Kepala Dinas Kesehatan Surabaya, Dr. Berlian Beatrix R, Sp.A. sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Wonocolo, dan ada Dr. Siti Rahayu Nadhiroh, S.KM, M.Kes yang merupakan Ketua Departemen Gizi FKM Unair.

Pada tahun 2021, kasus stunting di Kota Surabaya mencapai 6.722 kasus. Kemudian secara konsisten turun perlahan, hingga pada Juni 2025 Wali Kota Eri Cahyadi melaporkan bahwa kasus stunting di Surabaya telah turun menjadi 1,6%.

Dari data ini menunjukkan bahwa Kota Surabaya berhasil menekan laju kasus stunting secara signifikan. Banyak pihak yang saling gotong-royong untuk mewujudkan Kota Bebas Stunting.

BACA JUGA: Anak Terdampak Stunting di Surabaya Tersisa 205 Kasus, PJs Wali Kota Ingatkan Ancaman Pra-Stunting

Ibu Nanik menekankan bahwa pencegahan stunting harus diterapkan sedini mungkin. Para anak remaja harus dipantau dari segi kesehatan dan gizi. Dokter Belatrix juga memiliki argumen yang sama, karena stunting bergerak seperti sebuah siklus kehidupan yang akan terus berputar jika tidak dicegah dari awal.

“Untuk mencegah stunting, gizi harus dipenuhi seumur hidup, dianjurkan untuk minum air putih, menjaga kebersihan, sering beraktivitas fisik, dan pemberian tablet darah satu minggu sekali bagi perempuan,” tambah Dokter Rahayu.

Kemudian muncul sebuah pertanyaan dari salah seorang audiens. Bagaimana potensi dari ilmu lain dapat menyebabkan stunting?

BACA JUGA: FPDIP Jawa Timur: Distribusi Anggaran Harus Berdasar Prevalensi Stunting Daerah

Dari pertanyaan tersebut, Ibu Nanik menjawab, “Penyebab stunting dibagi dua, faktor spesifik sebanyak 30% yang berupa kesehatan, dan faktor sensitif sebanyak 70% yang mencakup non-kesehatan, seperti faktor ekonomi, pendidikan, hingga edukasi rumah tangga.”

Kategori :