HARIAN DISWAY — Jakarta Pusat memanas saat ratusan pengemudi ojek online (ojol) menggelar aksi protes di Mako Brimob Kwitang, Senen, Jakarta Pusat, pada Jumat, 29 Agustus 2025.
Mereka menuntut keadilan atas tewasnya rekan seprofesi, Affan Kurniawan, yang dilindas kendaraan taktis (Rantis) Brimob sehari sebelumnya.
BACA JUGA:6 Ribu Ojol Serentak Demo di Jatim, Tuntut Keadilan untuk Affan Kurniawan
Pada pukul 09.30 WIB, puluhan personel TNI langsung turun ke tengah massa. Mereka berusaha menenangkan kericuhan yang meningkat akibat pelemparan batu dan botol ke arah barikade Brimob.
Seorang personel TNI bahkan mendekati barikade dan meminta rekan Brimob untuk tidak menembakkan gas air mata. Nama TNI dielu-elukan massa.
BACA JUGA:Soal Dalang Kerusuhan Demo DPR, Hendropriyono: Nonstate Actor, Isinya George Soros sampai Bloomberg
“TNI… TNI… TNI!” teriak ratusan pengunjuk rasa.
“TNI bersama rakyat,” sambung massa lainnya.
Personel TNI terus mengimbau agar massa mundur ke persimpangan Senen. Namun, beberapa massa aksi tetap menolak. Mereka melakukan pelemparan kayu dan botol.
“Pembunuh… pembunuh… pembunuh!” teriak pengunjuk rasa. TNI tetap tenang dan membagikan air mineral untuk meredakan emosi.
BACA JUGA:Kerusuhan Demo DPR Hari Ini Meluas ke Otista, Massa Bakar Ban dan Sandera Polisi
BACA JUGA:Aksi Demo Buruh 28 Agustus: 7 Anggota Brimob Diperiksa, 1 Polisi Terluka Kritis
Peristiwa ini mengingatkan pada Tragedi Semanggi I pada 13 November 1998. Saat itu, mahasiswa dan warga sipil menuntut reformasi politik pasca-reformasi Orde Baru.
Aksi mereka berakhir dengan penembakan oleh aparat, menewaskan 17 orang dan melukai lebih dari 100 orang. Begitu pula Tragedi Semanggi II (24 September 1999).
Demonstrasi mahasiswa menentang RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) berakhir ricuh. Aparat keamanan kembali melakukan tindakan represif, menewaskan 12 orang dan melukai lebih dari 200 orang.