Namun, ada pula sisi negatif yang perlu diperhatikan. Tidak sedikit orang yang akhirnya terjebak dalam perbandingan.
Mereka merasa harus menyesuaikan diri dengan salah satu gaze, atau bahkan merasa kurang menarik karena tidak sesuai dengan keduanya. Hal itu bisa menimbulkan tekanan baru di tengah standar kecantikan yang sudah ada.
BACA JUGA: Tren Personal Color Analysis serta Pengaruhnya ke Fashion & Makeup
Pada akhirnya, perlu disadari bahwa tidak ada standar tunggal mengenai apa yang disebut menarik. Semua bersifat relatif. Setiap orang memiliki cara pandang serta selera yang berbeda.
Pada akhirnya, male gaze dan female gaze di media sosial bukan sekadar perdebatan tentang siapa yang terlihat lebih tampan atau cantik.
Lebih dari itu. Keduanya mencerminkan bagaimana manusia menilai dan memaknai daya tarik dengan cara yang berbeda.
Perspektif itu menunjukkan bahwa keindahan tidak pernah tunggal. Melainkan hadir dalam berbagai bentuk dan sudut pandang.
BACA JUGA: Mengenal Bentuk Wajah dan Tip Memilih Gaya Rambut dan Makeup yang Sesuai
Daripada sibuk menyesuaikan diri dengan standar tertentu, akan lebih bermakna jika setiap orang menemukan gaya dan pesona dirinya sendiri.
Dengan begitu, media sosial tidak lagi sekadar menjadi ruang perbandingan. Melainkan wadah untuk merayakan keberagaman cara kita mengekspresikan diri. (*)
*) Mahasiswa Magang dari Prodi Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya