AS Sesalkan Serangan Israel ke Doha, Qatar Marah Besar

Kamis 11-09-2025,12:54 WIB
Reporter : Najwal Hamamah*
Editor : Taufiqur Rahman

HARIAN DISWAY - Amerika Serikat menyatakan ketidakpuasan atas serangan udara Israel yang menghantam ibu kota Qatar, Doha, pada Selasa 9 September.

Serangan tersebut menargetkan kawasan residensial yang diyakini menjadi lokasi keberadaan pemimpin politik Hamas, namun juga menewaskan enam orang.

Diantara korban tewas termasuk seorang petugas keamanan Qatar dan putra dari pemimpin senior Hamas, Humam al-Hayya.

Presiden AS Donald Trump mengatakan dirinya “sangat tidak senang” dengan lokasi dan cara serangan itu dilakukan.

Ia menyebutnya sebagai “insiden yang tidak menguntungkan” dan menegaskan bahwa meskipun Hamas sah menjadi target, serangan di Doha justru menimbulkan risiko besar bagi hubungan Amerika dengan sekutunya di Teluk. 

Gedung Putih dalam pernyataannya menyebut tindakan Israel “tidak lucu” dan disayangkan karena menghantam negara mediator yang berperan penting dalam upaya gencatan senjata Gaza.

Namun, Washington tetap menekankan bahwa penghancuran Hamas adalah tujuan yang sah dan konsisten dengan kepentingan keamanan regional. 

BACA JUGA:Israel Serang Doha dan Sana’a, Puluhan Warga Sipil Tewas

BACA JUGA:Israel Ancam Tingkatkan Operasi Militer di Gaza, Mahkamah Agung Sebut Tahanan Palestina Kelaparan

Trump juga menginstruksikan utusan khusus untuk memberi tahu Qatar mengenai rencana Israel.

Namun, Kementerian Luar Negeri Qatar membantah telah menerima informasi sebelumnya. Menurut Doha, serangan dilakukan tanpa peringatan dan merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan serta hukum internasional. 

Qatar bereaksi keras dengan menyebut serangan itu sebagai bentuk “teror negara”. Pemerintah menegaskan bahwa tindakan Israel dapat menggagalkan setiap peluang tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Qatar selama ini menjadi mediator utama dalam negosiasi yang ditengahi bersama Mesir dan Amerika Serikat. 

Serangan ke Doha menjadi sorotan karena terjadi di luar zona konflik langsung Gaza maupun Lebanon.

Langkah Israel itu dinilai berisiko memperluas eskalasi ke kawasan Teluk, sekaligus menimbulkan tekanan diplomatik bagi Washington yang harus menjaga keseimbangan antara mendukung Israel dan melindungi hubungan dengan sekutunya. 

Kategori :