BACA JUGA:Kemeriahan Kirab Hari Kemerdekaan di Gresik: 16 Kelurahan Rayakan Identitas, Pamerkan Ornamen Khas
Di tengah obrolan hangat itu, semangat kebersamaan terlihat jelas. Rizal, yang pernah berprofesi sebagai perawat di RSUD dr. Sutomo pada 1993, kini memikul tanggung jawab besar sebagai lurah. Ia tak ingin Kemuteran hanya menjadi jalan penghubung bagi wisatawan menuju makam Sunan Giri.
Ia membayangkan kampung ini sebagai destinasi baru. Sebuah desa wisata edukasi, tempat pengunjung bisa melihat langsung proses pembuatan songkok sekaligus belajar sejarahnya. “Kami harap wisatawan tak hanya mengenal kami sebagai sentra produksi songkok saja, melainkan tempat belajar sejarah songkok di Kabupaten Gresik,” ujarnya penuh harap.
BACA JUGA:Dukungan untuk Guru TK, Bupati Gresik Siapkan Rp 7 Miliar Insentif Non Sertifikasi
Harapan itu tentu tidak sederhana. Rizal bersama perangkat setempat sudah mulai mengajukan rencana ke dinas terkait. Prosesnya panjang, namun semangatnya tak surut. Ia percaya, jika Kemuteran sudah diakui sebagai destinasi wisata, maka program-program lain bisa lebih mudah dijalankan. Salah satunya, menggerakkan swadaya masyarakat agar mandiri.
Sementara itu, Jayadi yang selalu aktif di lingkungannya juga punya gagasan lain. Sebuah rencana jangka pendek yang tak kalah menarik: festival songkok. Menurutnya, festival ini bisa menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan.
Selain menumbuhkan rasa kompetitif di kalangan pengrajin, festival juga bisa menjadi panggung bagi Kemuteran untuk dikenal lebih luas. “Itu masih rencana, tapi sepertinya akan dilakukan beberapa bulan lagi,” katanya. (*)