Sustainable Fashion dalam FESyar Bank Indonesia 2025 (1): Sesuai Akidah, Stylish, Ramah Lingkungan

Selasa 16-09-2025,09:01 WIB
Reporter : Ilmi Bening
Editor : Indria Pramuhapsari

Dia berfokus pada wastra Nusantara, terutama tenun dan batik. “Bahan baku kain saya dapatkan dari pengrajin 
asal Tuban, Pekalongan, hingga Madura,” ujarnya. 

Soesi memadukan wastra dengan jenis kain lainnya agar menjadi produk yang stylish. Di situlah tantangannya, karena padu padan tidak bisa dilakukan serampangan.


BUSANA perempuan dan aksesoris Dizza Batik milik Soesi Soekotjo membutuhkan pemikiran desain yang serius.-Christian Mazmur-Harian Disway-

BACA JUGA:Talkshow bertajuk Sustainability dalam Hospitality di Surabaya Tourism Awards 2025, Paparkan Inovasi Ramah Lingkungan dari Tiga Hotel

BACA JUGA:Refreshing Akademik dan Sustainability Riset Kolaboratif Perguruan Tinggi

“Ini misalnya. Perpaduan kain lurik dan batik tenun Tuban. Kain luriknya harus masuk ke motif kain tenunnya, sehingga serasi,” terangnya seraya menunjukkan produknya. 

“Keunikan produk kami, tidak ada kupnat pada bagian belakang. Maka, modelnya tidak membentuk lekuk tubuh,” imbuh anggota Perkumpulan Pengusaha Busana (Persana) itu.

Soesi juga memanfaatkan kembali sisa kain perca menjadi aksesoris seperti kalung, bros, dan obi. Tidak ada yang terbuang sia-sia. (*)

*) Produk Batik Indigo Asal Jawa Tengah, baca besok…

Kategori :