Jaga Eksistensi Wayang, Unindra PGRI Melakukan MOU dengan 13 Stasiun TVRI

Minggu 21-09-2025,08:56 WIB
Editor : Gunawan Sutanto

SURABAYA – Ada yang menarik dari pageran wayang kulit di Studio TVRI Jawa Timur, Sabtu 20 September 2025. Pementasan itu menghadirkan dua dalang anak muda. Namanya Ki Danesworo Raffi Ramadhani. Usianya masih 18 tahun. Satu lagi Ki Herjuno Pramarisa Fadlansah (20).

Malam itu Ki Danesworo menghidupkan kisah Dewa Ruci. Kisah agung tentang pencarian jati diri. Tentang Raden Werkudoro yang menyelam ke dasar samudra, mencari air Tirto Perwita Suci atas titah gurunya, Begawan Durna.

Dalam pengembaraannya di dasar samudra, Raden Werkudoro harus berhadapan dengan Naga Nemburnawa. Ia berhasil mengalahkan lalu berjumpa dengan dirinya sendiri dalam wujud Dewa Ruci.

Dewaruci digambarkan sebagai sosok Bajang kecil yang justru membawa pemahaman paling besar: bahwa hidup sejati hanya dapat dicapai dengan mengalahkan nafsu dan ego.

BACA JUGA:Khofifah Nonton Ki Raden Akbar di Nganjuk, Menggugah Cinta Wayang di Kalangan Generasi Muda

Werkudoro akhirnya tunduk di depan Dewa Ruci, bukan karena kalah oleh kekuatan, tetapi karena sadar: hidup bukan soal menang, tapi soal menemukan makna.

Berbeda dengan Ki Danesworo yang mengisahkan Dewa Ruci, Ki Herjuno Pramarisa Fadlansah membawakan lakon Carangan Semar Boyong. Bukan kisah perang, bukan pula cerita kemenangan. Tapi kisah seorang bijak -Semar sang punakawan- yang memilih meninggalkan Karang Kadempel.

Semar memilih itu bukan karena kalah, tapi karena ia ingin berbakti pada mereka yang tulus ikhlas menjunjung nilai spiritual sekaligus nilai kemanusiaan dan kesejahteraan rakyat.

Di situlah nilai lakon ini: sebuah ajakan untuk kita semua merenung. Apa benar kita hidup untuk status? Atau ada yang lebih penting: yakni kesejahteraan sesama.

Pagelaran wayang yang dibawakan dua dalang remaja itu merupakan bagian dari komitmen Universitas Indraprasta (Unindra) PGRI bersama Sena Wangi untuk merawat wayang kulit. Warisan budaya tak benda asli Indonesia yang telah diakui UNESCO.


--

BACA JUGA:Meriahnya Pekan Wayang Jatim 2024, Bawakan Kisah Cinta Rama dan Shinta dari Sudut Berbeda

Rektor Unindra PGRI Prof Sumaryoto hadir langsung di acara itu. "Wayang itu bukan hanya hiburan, tapi juga sumber kearifan. Ia patut ditonton, dan dijadikan panutan,” ujarnya.

Tak hanya pertunjukan, acara ini juga menjadi penanda kerjasama lebih luas antara Unindra PGRI Jakarta dengan TVRI. Ya, Unindra PGRI memang sepakat bekerja sama dengan 13 TVRI daerah: dari NTB sampai Papua, dari Jambi hingga Yogyakarta.

"Langkah nyata ini untuk memastikan kelangsungan tayangan budaya yang mendidik, di tengah gempuran hiburan yang kadang lupa arah," ujarnya.

Kategori :