HARIAN DISWAY - Tanggal 23 September 2025 adalah momen spesial untuk memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional. Sebagaimana, sebagian orang menggunakan bahasa isyarat sebagai bahasa ibu.
Bahasa isyarat merupakan cara berkomunikasi yang dilakukan tanpa menggunakan suara, hanya dengan menunjukkan gestur tangan atau ekspresi wajah. Biasanya, bahasa tersebut mayoritas digunakan oleh teman-teman Tuli.
Banyak ilmuwan terkemuka di dunia ini yang juga merupakan teman Tuli dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat. Siapakah itu? Simak lebih lanjut mengenai sejarah Hari Bahasa Isyarat Internasional tanggal 23 September, serta perkembangannya di dunia.
BACA JUGA:Tanggal 18 September 2025 Memperingati Hari Kesetaraan Upah Internasional: Sejarah dan Ucapan
BACA JUGA:Tanggal 17 September 2025 Memperingati Hari Apa? Ada Hari Palang Merah Indonesia
Salah satu contoh komunikasi dengan bahasa isyarat. - Columbia Regional Inclusive Services - Youtube
1. Sejarah Hari Bahasa Isyarat Internasional Tanggal 23 September
Hari Bahasa Isyarat Internasional tanggal 23 September 2025 akan menjadi refleksi bagi semua orang bahwa bahasa isyarat termasuk unsur penting dalam kehidupan manusia. Mengutip dari laman Brigham Young University, saat ini, belum ada yang tahu secara pasti tentang kapan bahasa isyarat pertama kali muncul di dunia.
Meski begitu, sebelum ada bahasa verbal seperti masa kini, komunikasi sebenarnya sudah ada sejak zaman manusia purba. Sebagaimana, manusia berkomunikasi hanya dengan gerakan tangan. Para antropolog pun memperkirakan bahwa bahasa isyarat pada era kehidupan Homo erectus. Tepatnya, sekitar ribuan tahun yang lalu.
Sebelum abad ke-18, teman Tuli belum mendapatkan perhatian khusus dan dikategorikan sebagai penyakit medis. Bahkan, teman Tuli diwajibkan untuk bisa berbicara secara verbal dan harus menjalani pengobatan.
BACA JUGA:Tanggal 11 September 2025 Memperingati Hari Apa? Ada Hari Radio Nasional
BACA JUGA:Hari Kesadaran Pencegahan Bunuh Diri Internasional Tanggal 10 September 2025: Tema dan Sejarah
Dari situlah akhirnya muncul banyak perselisihan mengenai pengobatan penyakit tuli. Lalu, beberapa tokoh publik pun menyadari bahwa bahasa isyarat merupakan bahasa alami bagi teman Tuli. Selain itu, pendidikan teman Tuli juga harus diberikan dengan menggunakan bahasa tersebut.
Para tokoh publik itu mulai memperhatikan cara berkomunikasi dan pentingnya penyampaian informasi yang tepat bagi teman Tuli. Misalnya, Abbe De L'Epée adalah seorang imam Katolik Prancis yang mendirikan sekolah pertama untuk tuna rungu di Paris.
De L'Epée mempelajari sebuah gestur yang berbeda murid-muridnya untuk berkomunikasi agar mempermudahnya dalam mengajarkan bahasa Prancis. Tanda dari gestur-gestur itu lalu menjadi standar Bahasa Isyarat Prancis Kuno.
BACA JUGA:Maulid Nabi 2025, Cek Tanggal dan Amalan yang Dianjurkan