Jika biasanya nuansa formal terasa kaku dan berat, dengan tepuk tangan dan yel-yel ini calon pengantin bisa lebih santai sekaligus memahami pesan moral yang terkandung.
BACA JUGA:Viral Pernikahan Siswa SMP-SMK, KPA Minta yang Menikahkan Disanksi Tegas
Selain itu, metode ini juga mengingatkan bahwa pernikahan bukan sekadar pesta, melainkan perjalanan penuh tanggung jawab: cinta, komunikasi, saling menjaga, dan rida.
Penyuluh KUA pun bisa hadir lebih “manusiawi” sebagai teman atau fasilitator, bukan hanya pengajar formal.
Kini, Tepuk Sakinah menjadi contoh nyata inovasi dakwah yang sederhana namun bermakna.
Tren tersebut bukan hanya viral sebagai hiburan, melainkan juga sarana memperkuat kesadaran calon pengantin tentang nilai-nilai sakinah dalam rumah tangga. (*)