Langkah mereka pun tidak soliter. Komunitas Sidoalce telah berkembang menjadi titik hubung yang mempertemukan individu-individu dengan semangat serupa.
Jaringan itu diperluas dengan menggandeng berbagai pihak, mulai kalangan peneliti di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) sampai para pegiat digital seperti Google Local Guides, untuk bersama-sama membentuk aliansi penjaga ingatan kolektif.
Tilik Mburi menawarkan sebuah pelajaran penting: bagaimana kita semestinya memaknai sejarah. Melalui gerakan mereka, sejarah tidak lagi diperlakukan sebagai dokumen kaku yang tersimpan di lemari arsip. Sebaliknya, sejarah diposisikan sebagai sebuah percakapan yang hidup antara masa lalu dan generasi sekarang.
Di Sidoarjo, komunitas itulah yang berhasil membuka kembali ruang percakapan tersebut, memastikan kisah-kisah para raksasa industri gula berikut tokoh-tokohnya tidak lekang oleh waktu dan terus bergema bagi generasi penerus. (*)
*) Achmad Muzakky Cholily adalah aktivis budaya, fungsionaris Dewan Kesenian Jawa Timur.