Edukasi kanker yang dilakukan BCAM dimaksud untuk menyadarkan lebih banyak orang tentang pentingnya deteksi dini. Dengan harapan lebih banyak masyarakat yang memeriksakan diri.
Dini, artinya, kanker payudara yang belum memberikan keluhan, belum teraba. Dibutuhkan pusat penanganan yang betul-betul andal, mampu mendeteksi kanker yang baru berukuran beberapa milimeter.
Untuk melindungi masyarakat, harus ada kejelasan di mana tempat breast clinic yang tepat, dapat dipertanggungjawabkan. Artinya, mampu menangani kelainan payudara dengan tepat dan akurat.
Pertanyaan itu tidak mudah dijawab di negeri ini. Bila pertanyaan tersebut hadir di negara maju seperti Eropa atau AS, jawabannya jelas. Pemerintah menjamin keselamatan masyarakat dengan memberikan daftar klinik payudara yang diizinkan menangani payudara. Kualitasnya pasti terjaga, dimonitor ketat.
Aturannya pun jelas, keluhan payudara hanya boleh ditangani di breast center yang sesuai dengan kriteria EUSOMA (European Society of Breast Specialist). Persyaratan EUSOMA sangat ketat, acuan utamanya adalah kecukupan jumlah pasien.
Breast Center hanya diizinkan menangani keluhan payudara bila klinik itu memiliki lebih dari 150 kanker payudara kasus baru (primer) per tahun. Kecukupan jumlah pasien adalah syarat wajib.
Bila jumlah minimal kasus itu tidak terpenuhi, klinik itu ditutup pemerintah, mengapa? Dianggap kompetensi dokternya tidak terjaga. Utilization rate rendah berarti klinik itu tidak efisien dan akan menjadi beban.
Hak memilih masyarakat dihormati, klinik yang tidak dipercaya masyarakat akan tersingkir. Syarat kedua, harus siap dengan multidisciplinary team (MDT). Kenneth Kern menegaskan, breast cancer is one of the most complicated diseases. The possibility of human error is very high.
Harus diadakan pertemuan reguler tumor board-MDT, melakukan penilaian ulang semua pemeriksaan bersama tim. Semua keputusan medis harus melalui sidang tumor board. Audit klinik berkala dilakukan dengan penuh disiplin agar ketepatan dan keselamatan pasien tetap terjaga pada setiap tindakan medis.
Keselamatan pasien diletakkan di tempat yang tertinggi, spirit patient center care betul-betul menjadi dasar bekerjanya MDT.
Cancer delay (kelambatan kanker) tetap menjadi masalah utama di negeri ini. Kelambatan kanker bisa terjadi karena faktor pasien (patient delay) atau faktor dokter layanan primer (doctor delay) atau faktor rumah sakit (hospital delay).
Diperlukan langkah strategis panjang untuk memangkas cancer delay. Namun, kita terjebak dalam dilema, tidak mungkin kita mengimbau masyarakat menjalani deteksi bila belum tersedia breast center yang kualitasnya terjamin.
Starfield benar, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan, menjamin, dan memonitor breast center yang akan dan telah beroperasi agar masyarakat terlindungi.
Anjuran melakukan deteksi dini sangat baik untuk negara-negara maju seperti AS dan Eropa. Namun, tentu akan mengundang masalah serius di negara yang tidak siap.
Francis Bacon pernah mengingatkan, the remedy can be worse than the disease. (*)
*) dr Ario Djatmiko adalah anggota Dewan Pengawas RS Kanker Dharmais.