2. Pelatihan Pertolongan Pertama Psikologis (Psychological First Aid)
Komunitas lokal atau sekolah-sekolah bisa menyelenggarakan workshop singkat cara memberikan pertolongan pertama psikologis (PFA). Pelatihan itu mencakup bagaimana cara mendengarkan, mendampingi seseorang yang mengalami trauma, dan merujuk ke tenaga kesehatan jika diperlukan.
Kegiatan seperti ini bisa memberi manfaat langsung di lapangan ketika krisis terjadi.
3. Pusat Layanan Konseling Mobile/Pop-up di Lokasi Terdampak
Jika ada daerah yang baru pulih dari bencana alam (banjir, gempa, dll), ada baiknya mendirikan tenda konseling atau mobile clinic mental health untuk masyarakat yang terdampak.
Berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk NGO (organisasi non-pemerintah), bisa membuat kegiatan tersebut menjadi lebih efektif.
BACA JUGA: 7 Teknik Jepang untuk Mengatasi Overthinking dan Menjaga Kesehatan Mental
BACA JUGA: Diskusi Impact Circle, Bahas Kesehatan Mental Pelajar Dalam Dunia Pendidikan
4. Kampanye Kesadaran Digital dan Media Sosial
Bagikan info kontak layanan kesehatan jiwa yang tersedia 24/7, hotline krisis, aplikasi konseling daring, dan cerita nyata tentang pemulihan setelah krisis.
Gunakan tagar resmi seperti #WorldMentalHealthDay atau #AccessToServices agar jangkauannya lebih luas.
5. Kegiatan Komunitas dan Dukungan Sosial
Buat kelompok dukungan kecil di lingkungan sekitar (tetangga, komunitas remaja, gereja/musala) untuk berkumpul dan berbagi. Bisa sambil minum teh bersama, workshop seni, atau aktivitas meredakan stres seperti meditasi ringan atau yoga.
Keterhubungan sosial sangat membantu kesehatan mental, terutama pada masa-masa pascakrisis. Maka, membentuk kelompok-kelompok kecil sangat penting sebagai supporting system.
BACA JUGA: 4 Teknik Penggunaan Aromaterapi untuk Relaksasi dan Kesehatan Mental di Era Modern
BACA JUGA: Kebiasaan yang Menjadi Tanda-tanda Gangguan Kesehatan Mental