PERLU LEBIH MEMBUKA DIRI
Pengembangan ilmu pengetahuan multidisiplin yang bersumber kepada koleksi yang ada di museum memerlukan keterbukaan. Pihak museum tidak hanya bisa pasif menunggu pihak eksternal datang, tetapi harus aktif.
Komunikasi dengaan pihak eksternal perlu dilakukan untuk memberitahukan berbagai potensi yang bisa dikembangkan dari koleksi yang melimpah.
Para ilmuwan perlu diundang ke museum untuk mendiskusikan ilmu pengetahuan yang bisa dikembangkan lebih lanjut pada masa depan.
Dialog antara museum dan para ilmuwan bisa mengubah pandangan masyarakat bahwa museum bukan sekadar tempat menyimpan barang antik, melainkan sebuah laboratorium multidisiplin.
Hal itu tidak hanya bisa dilakukan di museum yang bersifat tertutup atau di dalam ruangan. Museum luar ruangan juga tidak kalah menariknya.
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan museum luar ruangan adalah berbagai bangunan cagar budaya yang tetap dijaga kelestariannya sampai saat ini. Bangunan cagar budaya secara formal tidak bisa dikatakan sebagai museum, tetapi fungsinya sama, yaitu penyimpan informasi dari masa lalu.
Sejarawan Sartono Kartodirdjo dalam sebuah artikelnya menyatakan, agar masa lalu lebih fungsional untuk generasi masa kini, perlu ada dialog intensif. Terutama agar informasi dari masa lalu bisa tetap relevan dengan kondisi masa kini.
Kartodirdjo menyampaikan hal tersebut berkaitan dengan pengembangan kajian sejarah. Ia menyampaikan bahwa sejarah menjadi penting manakala kajiannya relevan dengan perkembangan masa kini.
Apa yang disampaikan Kartodirdjo berlaku juga untuk museum. Museum akan dihargai dan dikunjungi masyarakat manakala apa yang ada di dalamnya memiliki relevansi dengan kehidupan masa kini dan masa depan.
Gagasan mendialogkan koleksi museum dengan para ilmuwan merupakan salah satu upaya agar museum tetap relevan.
Keterbukaan museum akan lebih luas jika diimbangi dengan penataan secara fisik. Saat ini sudah banyak museum yang telah menata lingkungannya dengan lebih baik dan bernuansa kekinian, dengan tujuan untuk menarik minat masyarakat luas untuk berkunjung.
Namun, masih banyak juga museum yang masih mempertahankan suasana formalnya yang kaku sehingga kurang diminati. Sudah saatnya semua museum berbenah dan dipoles sedemikian rupa untuk menyesuaikan dengan selera masyarakat.
Untuk membuka akses dialog yang lebih luas, bukan tidak mungkin museum dibuka di pusat-pusat keramaian seperti di mal, bandara, atau layanan publik lainnya.
Dukungan sistem informasi juga perlu digencarkan, yang bisa digunakan untuk mendukung keberadaan koleksi museum serta untuk kepentingan promosi.
Museum yang sampai saat ini masih bersifat manual bisa memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan tampilan koleksinya sehingga lebih menarik minat pengunjung. Inovasi harus terus dilakukan agar museum tetap eksis dan relevan. (*)